
BANGLI, BALIPOST.com – Proyek perbaikan jalan yang menghubungkan Desa Bangbang, Tembuku, Bangli dan Nongan, Karangasem masih dalam pengerjaan. Masyarakat berharap proyek tersebut tidak hanya tuntas tepat waktu, tetapi juga kokoh mengingat kondisi tanah di lokasi yang labil.
Dampak dari terputusnya akses jalan tersebut selama ini sangat dirasakan masyarakat. Kepala SMKN 1 Tembuku, I Wayan Suarya, mengungkapkan bahwa sebelum dibuatkan jembatan darurat di lokasi jalan putus, hampir 60 persen siswanya yang berasal dari kecamatan Rendang dan Selat, Karangasem, harus memutar jauh untuk bisa sampai ke sekolah sehingga pihak sekolah memberi kelonggaran waktu kehadiran.
“Sekarang sudah ada jembatan itu bisa membantu untuk kehadiran anak-anak di sekolah,” ungkap Suarya, Jumat (24/10).
Meskipun demikian, ia selalu menekankan agar siswanya tetap berhati-hati saat melintasi jembatan darurat yang hanya bisa dilewati satu kendaraan. Pihak sekolah sangat berharap proses perbaikan jalan tersebut dapat tuntas tepat waktu dan dengan kualitas yang kokoh agar tidak kembali tergerus jika terjadi hujan.
Anggota DPRD Bangli, I Made Sudiasa mengatakan selain pendidikan, terputusnya jalan ini telah menghambat akses ekonomi masyarakat. “Banyak sekali masyarakat dari Kecamatan Tembuku jualan ke Nongan dan Menanga. Selain itu, transportasi penghubung pariwisata juga terhambat,” kata Sudiasa.
Di sektor pariwisata, kata dia, banyak wisatawan yang menginap di daerah Sidemen dan ingin berkunjung ke objek wisata di Bangli terpaksa harus memutar jauh melalui Suter dan Klungkung. Walaupun saat ini sudah disediakan jembatan darurat yang bisa dilalui motor, namun kondisinya dinilai ngeri-ngeri sedap.
Karena itu Sudiasa berharap proyek yang ditangani pemerintah provinsi Bali tersebut dapat segera selesai tepat waktu. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kualitas pengerjaan yang harus benar-benar baik, mengingat kondisi tanah di lokasi yang labil. Pengawasan ketat dari pengawas proyek dinilai sangat penting untuk memastikan pengerjaan berjalan optimal.
“Pengawasnya harus standby karena di sana tanahnya labil. Jangan sampai proyeknya nanti baru selesai setahun kembali terjadi persoalan di sana,” harapnya.
Sementara itu berdasarkan papan proyek, proyek senilai Rp 5,1 miliar itu dikerjakan oleh kontraktor CV Surya Bali dengan waktu 135 hari kalender sejak 28 Juli 2025. (Dayu Swasrina/balipost)










