
JAKARTA, BALIPOST.com – Patrick Kluivert resmi keluar (out), PSSI kini dihadapkan pada tugas besar mencari sosok pelatih baru yang bisa mengangkat kembali performa timnas Indonesia.
Sejumlah nama pun mulai mencuat, dari pelatih berpengalaman di kancah Asia hingga juru taktik yang sukses menorehkan prestasi di klub-klub besar.
Berikut lima calon pelatih yang dinilai layak menahkodai Garuda menuju era baru sepak bola Indonesia, dirilis dari Kantor Berita Antara:
- Jesús Casas, Arsitek Sukses Irak, Ahli Strategi dari Spanyol
Nama Jesús Casas menjadi salah satu kandidat paling kuat. Pelatih berusia 51 tahun ini baru saja menyelesaikan masa baktinya bersama timnas Irak, dengan catatan impresif 20 kemenangan, 4 imbang, dan 9 kekalahan dari 33 laga atau rata-rata 1,94 poin per pertandingan.
Casas bukan nama sembarangan. Sebelum menakhodai Irak, ia menjadi bagian penting tim nasional Spanyol di bawah tiga pelatih berbeda Luis Enrique, Roberto Moreno, dan Luis de la Fuente. Ia juga pernah bekerja sebagai match analyst saat Barcelona meraih treble winner musim 2014/2015.
Bersama Irak, Casas sukses mempersembahkan gelar Piala Teluk 2022/2023, menjadikannya kandidat ideal bagi Indonesia yang ingin tampil lebih taktis dan agresif di level Asia.
2. Srečko Katanec, Si Ahli Asia dari Slovenia
Berpengalaman luas di kancah Asia, Srečko Katanec dikenal sebagai pelatih yang mampu membangun tim solid dan disiplin. Terakhir, ia menukangi Uzbekistan selama hampir empat tahun (2021–2025) dengan hasil 26 kemenangan, 8 imbang, 8 kalah dari 42 laga, atau rata-rata 2,05 poin per pertandingan.
Sebelum itu, Katanec juga pernah melatih Irak dan membawa mereka tampil konsisten di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Dengan karakter kepemimpinan kuat serta pemahaman mendalam tentang sepak bola Asia Barat, pelatih 62 tahun ini bisa menjadi sosok ideal untuk menata kembali fondasi timnas Indonesia.
3. Osmar Loss, Raja Baru Asia Tenggara dari Buriram United
Nama Osmar Loss mencuri perhatian berkat kiprahnya di Thailand. Hanya dalam satu musim bersama Buriram United (2024–2025), pelatih asal Brasil ini mempersembahkan empat trofi sekaligus Liga Thailand, Piala FA, Piala Liga, dan ASEAN Club Championship.
Dengan rata-rata 2,34 poin per laga dari 72 pertandingan (49 menang, 14 imbang, 9 kalah), Buriram tampil sangat produktif di bawah arahannya mencetak 183 gol dan hanya kebobolan 66.
Menariknya, Loss juga pernah melatih dua pemain timnas Indonesia, Shayne Pattynama dan Sandy Walsh, saat masih di Buriram. Kedekatan ini bisa menjadi modal berharga untuk membangun harmoni di skuad Garuda.
4. Bernardo Tavares, Pelatih Efisien dengan Karakter Keras
Eks pelatih PSM Makassar ini dikenal karena kemampuannya menjaga performa tim di tengah keterbatasan. Selama lebih dari tiga tahun (2022–2025), Tavares memimpin 129 laga dengan rata-rata 1,62 poin per pertandingan, membawa Juku Eja meraih gelar Liga 1 2022/2023 setelah 23 tahun puasa juara.
Selain sukses domestik, Tavares juga mengantar PSM menembus final Piala AFC zona ASEAN dan semifinal ASEAN Club Championship. Meski tidak punya pengalaman melatih tim nasional, mentalitas kerja keras dan kedekatannya dengan kultur sepak bola Indonesia menjadi keunggulan tersendiri.
5. Jean-Paul van Gastel, Juru Taktik Belanda yang Mengangkat PSIM Yogyakarta
Nama terakhir datang dari pelatih PSIM Yogyakarta, Jean-Paul van Gastel. Meski baru satu musim di Indonesia, pelatih 53 tahun ini mampu membawa PSIM bersaing di papan atas BRI Super League, menempati posisi ketiga sementara dengan 12 poin dari tujuh laga.
Van Gastel memiliki pengalaman panjang sebagai asisten pelatih di Feyenoord Rotterdam, klub yang sukses meraih satu gelar Liga Belanda dan dua Piala KNVB saat ia menjadi bagian staf kepelatihan Giovanni van Bronckhorst. Ia juga sempat bekerja di Besiktas (Turki) dan mempersembahkan Piala Super Turki.
Jika PSSI ingin tetap mempertahankan gaya sepak bola Eropa, Van Gastel bisa menjadi pilihan logis sebagai penerus Kluivert.
Setelah kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh. Ketua Umum Erick Thohir menyebut, arah pembinaan ke depan difokuskan untuk menembus peringkat 100 besar dunia, tampil kompetitif di Piala Asia 2027, dan bersaing di Kualifikasi Piala Dunia 2030.
Kini, semua mata tertuju pada siapa yang akan dipilih untuk memimpin babak baru sepak bola Indonesia. Apakah PSSI akan kembali ke tangan pelatih Asia seperti Shin Tae-yong, atau mempercayakan nasib Garuda pada pelatih Eropa dengan gaya modern dan efisien? (Suka Adnyana/balipost)