
JAKARTA, BALIPOST.com – Otoritas Thailand melakukan perombakan drastis terhadap maskot SEA Games dan ASEAN Para Games 2025, “The San,” dari tujuh karakter yang kaya budaya menjadi dua karakter yang lebih minimalis, telah memicu perdebatan sengit di kalangan desainer, budayawan, dan penggemar olahraga.
Perubahan desain ini, yang dipimpin oleh Gubernur Sports Authority of Thailand (SAT), Dr. Kongsak Yodmanee, atas arahan Menteri Pariwisata dan Olahraga Atthakorn Sirilattayakorn, diklaim sebagai langkah menuju efisiensi branding dan kemudahan pengenalan. Desain baru ini secara eksplisit menonjolkan warna bendera nasional Thailand—merah, putih, dan birusebagai simbol kebanggaan.
Namun, para kritikus berpendapat bahwa penyederhanaan ini datang dengan harga yang mahal mengorbankan kekayaan narasi budaya yang awalnya ditawarkan.
Konsep maskot sebelumnya, “7 Days, 7 Colors,” yang menampilkan tujuh karakter yang mewakili kearifan lokal melalui motif tenun tradisional, dipandang sebagai cara unik untuk memperkenalkan keragaman budaya Thailand kepada kawasan Asia Tenggara.
“Tujuh karakter dengan motif tenun adalah sebuah narasi indah tentang keragaman dalam persatuan mencerminkan Thailand dan ASEAN itu sendiri,” ujar seorang kurator desain grafis di Bangkok yang enggan disebutkan namanya.
“Meskipun desain baru mudah diingat, ia terasa kaku dan kehilangan jiwa yang kuat.”
Pihak pemerintah, yang mendapat dukungan penuh dari Wakil Perdana Menteri Capt. Thammanat Prompao, tetap bersikukuh bahwa langkah ini adalah strategi branding yang tepat untuk panggung internasional.
“Tujuan utama maskot adalah untuk mewakili semangat persatuan nasional dan mudah dikenali oleh miliaran mata di Asia Tenggara dan dunia,” jelas Dr. Kongsak.
“Desain yang terlalu kompleks justru berpotensi membingungkan. Kami ingin maskot ini menjadi ikon instan yang membawa kebanggaan Thailand” dikutip dari Kantor Berita Antara.
Meskipun versi tujuh karakter akan tetap diproduksi sebagai suvenir dan merchandise resmi, fokus utama pada semua acara seremoni dan medali akan jatuh pada desain baru yang lebih sederhana. Ini menandakan pergeseran prioritas dari eksplorasi budaya yang mendalam menjadi identitas nasional yang mudah dicerna dan kuat secara visual. (Suka Adnyana/balipost)