Salah satu perkebunan jagung yang ada di wilayah Kota Denpasar. Hingga awal Oktober 2025, serapan Bulog akan jagung di Provinsi Bali mencapai 53 ton. Selain penyerapan dari petani, Bulog juga memiliki tugas untuk menggelontorkan jagung SPHP. (BP/eka)

 

DENPASAR, BALIPOST.com – Realisasi penyerapan jagung petani Bali oleh Bulog baru mencapai 53 ton hingga Oktober, dibandingkan target serpan mencapai 3.100 ton hingga akhir tahun. Penyerapan tertinggi ada di Kabupaten Buleleng.

“Itu pun kami jungkir balik untuk mendapatkannya,” Kepala Bulog Wilayah Bali, Muhammad Anwar, Kamis (9/10).

Dia mengatakan, cukup sulit untuk menemukan titik lokasi produksi jagung di Bali, meski sudah mengantongi data dari Dinas Pertanian Provinsi Bali. Hal ini pun menjadi kendala di lapangan. Terlebih di Bali kebanyakan produksi jagung sayur (jagung muda) dibandingkan jagung pakan (kering).

Disisi lain, Bulog juga akan ditugaskan untuk menglontorkan jagung SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pangan) untuk menekan lonjakan harga pakan ternak, masih menunggu perintah lebih lanjut.

Baca juga:  Pemerintah Lakukan Penyesuaian Harga Beras

Dalam penyerapan jagung inipun ada beberapa katagori yang harus dipenuhi petani. Pertama minim kandungan jamur yang mengandung senyawa aflatoksin kedua kandungan air maksimal 20 persen.

Harga serapan jagung dari Bulog yakni Rp6.400 per kilogram diambil di pintu gudang Bulog dengan kadar air 14 persen. Sementara untuk pengambilan di petani dengan kandungan air 18 hingga 20 persen dengan harga Rp5.500 per kilogram. “Namun untuk kadar air 14 persen itu sulit dilakukan petani karena harus menggunakan mesin pengering,” ujarnya.

Disinggung terkait pengglotoran SPHP jagung untuk menekan laju kenaikan harga pakan, Anwar mengatakan, masih menunggu penugasan lebih lanjut dari pusat. Hingga saat ini penugasan tersebut belum turun ke daerah. Rencananya penglontoran SPHP ini dengan harga Rp5.500 per kilogram langsung menyasar kelompok peternak atau melalui koperasi peternak.

Baca juga:  Ini Sebabnya, Puluhan Pohon Perindang di By Pass Ngurah Rai Ditebangi

Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Provinsi Bali, produksi jagung di seluruh kabupaten/kota di Bali mencapai 73.780 ton selama tahun 2024 (Januari-Desember). Kabupaten yang aktif memproduksi setiap bulannya yakni, Tabanan, Bangli, Karangasem, dan Buleleng.

Sementara kabupaten dengan produksi terbanyak yakni Buleleng dengan jumlah 29.578 ton, Klungkung 16.896 ton, Karangasem 10.652 ton, Tabanan 10.489 ton, Jembrana, 4.620 ton, Bangli 1.329 ton, Gianyar 111 ton, Badung 105 ton, sementara Denpasar tidak memproduksi.

Baca juga:  Potensi Pertanian di Badung Juga Menjanjikan

Dan untuk tahun 2025, realisasi produksi jagung di Bali dari Januari hingga Juli ialah sebanyak 48.142 ton. Dengan daerah penghasil terbanyak yakni Buleleng, 20.415 ton, Klungkung 17.200 ton, Karangasem 6.503 ton, Jembrana 2.698 ton, Tabanan 494 ton, Bangli 369 ton, Denpasar 296 ton, Gianyar 139 ton dan Badung 26 ton.

Berdasarkan data yang diberikan, Buleleng menjadi kabupaten teraktif memproduksi jagung setiap bulannya dengan puncak produksi terbanyak pada bulan Maret dan April. Sementara wilayah produksi terbanyak kedua yakni Klungkung hanya memproduksi selama selama 3 bulan pada tahun ini yakni pada Februari, Maret dan Juli. (Widi Astuti/balipost)

 

BAGIKAN