Prosesi menyambut Ida Sasuhunan Pura Desa dan Puseh Desa Adat Pemogan di Puri Jro Kuta pada H-1 puncak piodalan, Minggu (5/10). (BP/wid)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seriring dengan Karya Padudusan Agung dan Ngenteg Linggih di Pura Agung Jro Kuta, pada H-1, Minggu (5/10) digelar upacara mapeed serta nyanggra (menyambut) Ida Sasuhunan Pura Uluwatu dan Pura Desa lan Puseh Pemogan. Arus lalulintas dibuka tutup sementara saat prosesi berlangsung mulai pukul 15.00 WITA hingga upacara usai.

Tampak rombongan pengiring Ida Sasuhunan Pura Desa dan Puseh datang pertama pukul 15.00 WITA. Selanjutnya Ida Sasuhunan Pura Uluwatu menyusul datang yang juga disambut oleh pihak puri dengan upacara.

Pangelingsir Puri Agung Jro Kuta, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya saat diwawancarai disela-sela upacara mengatakan, kedatang Ida Sasuhunan dari dua pura tersebut untuk menyaksikan puncak karya yang berlansung pada Senin (6/10).

“Harapan kami dengan kehadiran beliau bisa memberikan vibrasi bagi umat Hindu sedharma khususnya di lingkungan Puri Agung Jro Kuta sehingga ke depan bisa tetap mengajegkan apa (tradisi) yang telah diberikan oleh para leluhur kami untuk bisa meneruskan sampai akhir hayat,” ujarnya.

Baca juga:  Puncak Karya Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur

Adapun diceritakannya, selama ini ada keterkaitan Puri Agung Jro Kuta dengan Pura Uluwatu serta Pura Desa dan Puseh Desa Adat Pemogan. Keterkaitan ini sudah ada sejak dulu yang diwariskan oleh leluhur Puri Agung Jro Kuta.

“Pertama kami selaku pengempon Pura Uluwatu dan Desa Adat Pecatu sebagai pengemongnya, itu tidak terlepas dari keterkaitan. Karena kami sudah nami (mendapatkan seperti itu), bahwa dari dulu Jro Kuta sebagai pengempon Puru Luhur Uluwatu. Begitu juga dengan desa adat paiketan dengan Desa Adat pemogan, juga sebagai pengempon disana di Pura Desa lan Puseh,” katanya.

Selain itu lanjut Agung Ngurah Jaka menuturkan, di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Pemogan juga berstana Ida Batara Agung sebagai refresentatif Puri Jro Kuta. Dalam upacara kali ini, pihak puri telah menyiapkan semaksimal mungkin untuk menyambut kedatangan Ida Sasuhunan Pura Uluwatu dan Pura Desa lan Puseh Desa Adat Pemogan. Baik dari segi tempat termasuk banten atau upakara sehingga diharapkan upacara bisa berjalan lancar.

Baca juga:  Rekannya Divonis Bebas, Terpidana Korupsi PNPM Ajukan PK

Sebelumnya pada 30 September lalu, Upacara Tawur Balik Sumpah telah digelar di Puri Agung Jro Kuta. Ratusan umat Hindu di berbagai daerah di Bali turut hadir menyaksikan yadnya yang dipimpin tiga sulinggih dan dihadiri Penglingsir Puri dan Griya di seluruh Bali.

Manggala Prawartaka Karya, I Gusti Ngurah Bagus Manu Raditya menjelaskan, Tawur ini juga menjadi momen memohon keselarasan baru pasca Bali, khususnya Denpasar diterpa bencana Banjir. “Ritual ini merupakan Bhuta Yadnya. Jadi upacara ini mengubah elemen bhuta yang bersifat negatif agar berubah menjadi positif, baik dalam konteks diri sendiri atau bhuwana alit, juga bhuwana agung,” terangnya.

Baca juga:  Krama Istri Desa Adat Karangsari Mepeed Iringi Ida Sesuhunan Melasti ke Segara

Ia menjelaskan karya di Puri Agung Jro Kuta didukung oleh Pasemetonan Puri Agung Jro Kuta, Paiketan Semeton Agung Jero Kuta 23 Jero yg ada di Denpasar & Badung, termasuk Jero Kuta Kerobokan dan Jero Tegeh Bongan Tabanan.
“Kami juga didukung oleh Wargi, Pekandelan dan Braya Puri seperti Tigang Dangka Tag Tag, Dukuh Tangkas, Nyangelan Serangan. Juga tiga banjar yakni Panti Gede, Belong Gede, Balun,” ujarnya.

Ritual selevel ini, kata Gusti Ngurah Manu pernah dilakukan penglingsir puri dulu, sekitar 63 tahun silam. “Dan kami sebagai generasi penerus, bangga sekali mendapat tanggung jawab ini. Intinya, upacara ini kami dedikasikan untuk Pulau Bali kita yang tercinta agar terjaga,” imbuhnya. (Widiastuti/balipost)

BAGIKAN