
DENPASAR, BALIPOST.com – Memasuki bulan Oktober 2025, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia mengalami penyesuaian kembali, terutama untuk jenis BBM non-subsidi.
Dibandingkan dengan bulan September 2025, sejumlah harga BBM mengalami kenaikan, sementara sebagian lainnya tetap stabil. Perubahan ini menjadi perhatian publik, mengingat BBM merupakan komponen penting dalam pengeluaran rumah tangga dan operasional bisnis.
Harga BBM September 2025
Pada bulan September 2025, mayoritas harga BBM nonsubsidi justru mengalami penurunan. Jenis BBM seperti Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex tercatat turun di sejumlah wilayah. Penurunan ini sempat menjadi angin segar bagi pengguna kendaraan berbahan bakar oktan tinggi maupun industri transportasi.
Sementara itu, harga BBM subsidi, seperti Pertalite (Rp10.000/liter) dan Biosolar (Rp6.800/liter), tetap tidak berubah sejak beberapa bulan terakhir. Stabilitas ini menunjukkan bahwa pemerintah masih menahan beban subsidi untuk menjaga daya beli masyarakat.
Oktober 2025, Kenaikan BBM Nonsubsidi Mulai Terjadi
Memasuki Oktober, tren mulai berbalik. Beberapa jenis BBM nonsubsidi mengalami kenaikan harga. Dexlite naik dari Rp13.600 menjadi Rp13.700 per liter, sementara Pertamina Dex naik dari Rp13.850 menjadi Rp14.000 per liter.
Tak hanya Pertamina, SPBU swasta seperti Shell dan BP-AKR juga menaikkan harga untuk berbagai jenis BBM mereka. Misalnya, Shell Super naik dari Rp12.580 menjadi Rp12.890 per liter, dan BP 92 naik dari Rp12.610 menjadi Rp12.890 per liter.
Namun demikian, beberapa harga tetap tidak berubah, seperti Pertamax (Rp12.200/liter) dan Pertamax Green 95 (Rp13.000/liter), yang menjadi pilihan menengah bagi masyarakat pengguna kendaraan pribadi.
Faktor Penyebab Kenaikan Harga
Kenaikan harga BBM nonsubsidi pada Oktober ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
– Fluktuasi harga minyak mentah global, yang sempat naik akibat ketegangan geopolitik dan gangguan pasokan.
– Kurs rupiah terhadap dolar AS, yang memengaruhi biaya impor dan produksi.
– Kebijakan internal masing-masing badan usaha, baik BUMN maupun swasta, dalam merespons dinamika pasar.
Dampak terhadap Masyarakat dan Dunia Usaha
Kenaikan harga BBM premium tentu berdampak langsung pada biaya operasional, terutama bagi pengguna kendaraan diesel seperti pelaku logistik, transportasi barang, dan alat berat. Sementara bagi masyarakat umum, BBM bersubsidi yang masih stabil menjadi penopang utama agar daya beli tidak terganggu secara drastis.
Namun, jika tren kenaikan berlanjut hingga akhir tahun, bukan tidak mungkin akan terjadi efek domino berupa peningkatan harga barang dan jasa lainnya.
Secara umum, perbandingan harga BBM antara September dan Oktober 2025 menunjukkan kecenderungan stabil untuk BBM subsidi, namun naik untuk BBM nonsubsidi dan premium. Masyarakat perlu mulai bersiap menghadapi kemungkinan tren kenaikan harga menjelang akhir tahun, terutama jika kondisi pasar global tidak menunjukkan perbaikan signifikan. (Pramana Wijaya/balipost)