
DENPASAR, BALIPOST.com – Pascabencana, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramalkan masih ada hujan besar (intensitas tinggi) yang akan terjadi sampai Februari 2026. Untuk itu, sejumlah langkah ditempuh Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satunya memperbaiki alat early warning yang ada di sepanjang sungai.
Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Selasa (23/9) mengatakan, pihaknya telah memiliki sistem early warning, namun banyak alat yang tidak diperbaiki. Untuk itu, akan segera diperbaiki, sehingga ketika air sungai meningkat sudah ada peringatan.
“Yang lebih penting, early warning ada di BPBD Denpasar. Kita bentuk di Tim Pusdalops yang paham betul dengan BMKG. Ketika BMKG memberi informasi, kita kelola. Jangan sampai setelah kejadian, baru informasi masuk. Minimal informasi dari BMKG segera dikelola karena Tim Pusdalops menganggap informasi itu biasa-biasa saja. Seharusnya itu kan mungkin bisa diundang kita untuk meyakinkan sehingga bisa meminimalisasi risiko, ” jelasnya.
Perbaikan alat early warning juga akan dikontrol manusia. Early warning yang dibangun tidak hanya mengandalkan alat, namum sistem peringatan untuk mencegah. Masyarakat nantinya akan mendapatkan informasi dari sistem early warning sekaligus melalui WA/SMS blast, bekerjasama dengan provider.
Diakui, selama ini pihaknya tidak mengontrol alat tersebut, terutama yang ada di titik Pasar Badung termasuk trash rack. Mestinya kontrol dilakukan setiap minggu. “Artinya Denpasar membentuk tim kecil seperti BMKG kota, memberi peringatan sebelum terjadi. Ketika air tinggi atau sebelumnya kita sudah bisa memberi informasi peringatan, dimana sumber air tinggi, itu yang kita bangun di BPBD Denpasar melalui Pusdalopsnya. Kita tambah orang yang paham betul dan berkoordinasi dengan BMKG,” ujarnya.
Alat akan diprioritaskan dipasang di tempat-tempat pelayanan publik seperti pasar. Namun tidak menutup kemungkinan, bisa dipasang di setiap pos desa yang memungkinkan dana desa dapat digunakan. “Tim teknis sedang mengkaji dimana saja alat akan dipasang. Tapi, misalnya kejadian kemarin ada 11 desa yang terdampak, jadi nanti minimal ada di 11 desa itu, dan di titik -titik keramaian, fasilitas publik. Kita tambah alat lagi seperti Pasar Badung,” imbuhnya.
Penyediaan alat sudah dirapatkan dan yang baik seperti apa karena alat sebelumnya tidak maksimal dan pemasangannya tidak masif. Selain itu, pihaknya akan menambah CCTV di sepanjang sungai untuk memonitor orang membuang sampah ke sungai.
Setiap ada sampah masuk di trash rack yang seharusnya bisa terangkat. Mengingat setiap trash rack ada dua orang petugas, termasuk petugas dari BWS. “Ternyata trash rack sudah lama rusak tidak ada laporan, karena kan butuh anggaran perbaikan. Ketika sampah banyak, trash rack naik, tapi karena rusak, diam , menjadi penyumbat sampah,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)