Dinas pertanian dan Perumda Dharma Santika saat turun langsung. (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Anjloknya harga sayuran khususnya komoditi ekonomi keatas yang ditanam petani di Kembang Merta, Desa Candikuning, Baturiti, memicu langkah cepat Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan bersama Perumda Dharma Santhika. Kedua instansi tersebut bahkan turun langsung ke lapangan, Senin (8/9), untuk melihat kondisi sekaligus mencari solusi atas keresahan petani.

Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Nyoman Budana, mengungkapkan bahwa sebagian besar komoditas sayur di Kembang Merta ditanam untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran. Jenis sayur seperti selada (letus) yang biasa dipasarkan untuk hotel jarang masuk ke pasar umum.

Baca juga:  Musim Panen Raya, Harga Salak di Karangasem Capai Rp 1.000 Per Kilo

“Kondisi ini membuat petani sangat bergantung pada pariwisata. Saat kunjungan hotel menurun, otomatis harga sayur anjlok,” ujarnya.

Penurunan permintaan, kata Budana, juga dipengaruhi situasi global yang kurang kondusif, termasuk adanya larangan kunjungan dari sejumlah negara ke Bali. Dampaknya langsung terasa pada petani yang berorientasi pada pasar kelas ekonomi ke atas.

“Berbeda dengan petani di wilayah Baturiti bawah yang lebih banyak menyasar pasar lokal, sehingga harga lebih stabil meski tetap mengikuti hukum pasar,” jelasnya.

Dikatannya, fluktuasi harga komoditas pertanian memang tidak bisa dihindari. Disisi lain untuk beberapa jenis sayuran lokal atau bunga justru mengalami kenaikan harga.

Baca juga:  Diobservasi Corona Virus, Pramugari akan Dicek Lab dan Rontgen

Untuk komoditi bunga misalnya, bunga gumitir yang sempat mahal, kini harganya jatuh karena ditanam berlebihan di berbagai daerah, termasuk juga di Plaga, serta kabupaten lain seperti Karangasem, dan Badung. Sementara itu, harga bunga pacar justru stabil dan tinggi karena bertepatan dengan rangkaian hari raya Hindu.

Dinas Pertanian berharap, kehadiran Perumda Dharma Santhika bisa menjadi solusi ketika harga sayur tidak menentu khususnya dalam membuka pangsa pasar. Mengingat perusahaan daerah belakangan getol mengembangkan pangsa pasar kerja sama untuk penyerapan sejumlah komoditi ke hotel hotel.

Baca juga:  Imbas Cuaca Buruk, Produksi Kopi Anjlok

“Sebelumnya dari pihak Perumda juga sudah meminta data alokasi jenis sayur dan lokasinya, mudah mudahan kedepan Perumda bisa membantu petani, terutama saat musim panen raya,” tegas Budana.

Selain itu, pola pikir petani di Kembang Merta memang selama ini lebih banyak berorientasi pada pemasaran ke komoditi untuk pangsa pasar ekonomi kelas atas seperti hotel dan restoran. “Jika kondisi pariwisata terguncang, dampaknya memang langsung dirasakan petani. Karena itu kami ingin hadir di lapangan dan berdialog untuk mencari jalan keluar terbaik,” pungkasnya. (Puspawati/Balipost)

 

 

BAGIKAN