Salah satu komoditi pertanian di kawasan Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. (BP/istimewa).

TABANAN, BALIPOST.com – Anjloknya harga sayuran, khususnya komoditi yang diserap restoran dan hotel seperti jenis letus (selada), membuat petani di kawasan Baturiti, Tabanan, terpaksa membuang hasil panen karena lewat masa panen. Anjloknya harga yang dipengaruhi anjloknya permintaan kali ini dinilai lebih parah jika dibandingkan saat pandemi Covid-19 melanda.

Salah satu petani di Banjar Kembang Merta, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Nyoman Sukita, mengaku bahwa dirinya sudah hampir tiga kali terpaksa membuang hasil panen karena tak ada permintaan. “Kalau sudah panen, harus cabut lagi, tanam lagi. Tapi sekarang tidak ada yang ambil, jadi dibuang,” keluhnya, Minggu (7/9).

Baca juga:  Denpasar Kantongi 10.554 Pemilih Pemula

Sukita menuturkan, harga jual komoditi jenis letus yang biasa dipasok ke hotel dan restoran turun drastis sejak 3–4 bulan terakhir. Dari harga normal Rp30 ribu per kilogram, kini hanya dihargai Rp3 ribu hingga Rp5 ribu.

“Kami bingung. Lahan dan hasil produksi tetap sama seperti biasa. Tapi permintaan anjlok dan harga jatuh, kami juga tidak tahu apa penyebabnya,” ujarnya.

Ia mengakui, kerugian tak bisa dihindari karena tanaman sayuran seperti letus ini sifatnya berkelanjutan dan produktif hanya sekitar 50 hari. Jika melewati masa tersebut, hasil panen tidak cocok lagi untuk dikonsumsi. Selama ini, hasil panen rata-rata 40–50 kilogram.

Baca juga:  Harga Beras di Tabanan Masih di Batas Normal

“Kalau tidak segera diganti dengan tanaman baru, busuk di lahan. Jadi mau tidak mau hasil panen harus dibuang,” jelasnya.

Biasanya, petani di Baturiti memasok hasil sayurannya melalui tengkulak untuk selanjutnya disalurkan ke pasar termasuk ke hotel dan restoran. Namun, sejak beberapa bulan terakhir permintaan nyaris tidak ada. “Kondisi ini paling anjlok, bahkan lebih parah dibandingkan saat covid. Sudah sebulan terakhir, saya beberapa kali buang hasil panen,” tambah Sukita.

Baca juga:  Petani Ditemukan Tewas di Pematang Sawah

Petani berharap pemerintah maupun pihak terkait bisa memberi solusi agar hasil pertanian mereka tetap terserap pasar dan tidak terbuang percuma karena lewat masa panen. (Puspawati/balipost)

 

BAGIKAN