
DENPASAR, BALIPOST.com – Ada ribuan cakep (judul) lontar di Bali. Namun, kondisinya banyak yang tak terawat. Maka dari itu, upaya konservasi terus dilakukan oleh pemerintah. Seperti di Denpasar, tahun ini, khususnya hingga Agustus, Dinas Kebudayaan Denpasar telah mengkonservasi sebanyak 332 lontar.
Kepala Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Kebudayaan Denpasar, Ni Wayan Sri Witari, Senin (8/9), mengatakan, banyak lontar di masyarakat yang tidak terawat. “Ada yang dimakan rayap, tulisan tidak terlihat karena tidak pernah dibersihkan, banyak masyarakat belum teredukasi mengkonservasi lontar,” ujarnya.
Oleh karena itulah maka sasaran kegiatan konservasi adalah lontar yang dimiliki masyarakat. Tujuan konservasi lontar tidak hanya merawat fisik lontar tapi juga mengenali dan memahami isinya. Terkait hal ini, isi lontar juga dituangkan ke dalam katalog.
“Kita bekerja sama dengan penyuluh bahasa Bali. Mereka mencari masyarakat yang memiliki lontar, kalau sudah diketahui lokusnya, kita ke sana untuk konservasi lontar. Kita bersihkan lontarnya, kita edukasi masyarakat cara membersihkan lontar dengan benar,” ujarnya.
Setelah dibersihkan, isi lontar dituangkan ke dalam e-katalog. Sehingga masyarakat tahu isi lontar yang mereka miliki. Adapun kegiatan konservasi lontar di masyarakat, telah dilakukan sejak 2023. Tahun 2023 ada sebanyak 284 lontar yang dikonservasi, tahun 2024 ada sebanyak 286 dan tahun 2025 sebanyak 332 lontar.
Konservasi lontar pada 2025 rinciannya, lontar milik I Made Yasa dengan jumlah 127 cakep di Denpasar Timur, lontar milik AA Rama Pertama sebanyak 25 cakep di Denpasar Utara, 88 cakep lontar milik IB Made Supa di Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat sebanyak 84 lontar milik Ida Pedanda Oka Beji dan 8 lontar milik IB Ketut Ngurah dikonservasi. Kondisi lontar-lontar tersebut beragam, ada yang utuh, rusak, tidak lengkap. (Citta Maya/balipost)