
NEGARA, BALIPOST.com – Setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad, warga Loloan memiliki tradisi mengarak Male (dibaca malai).
Male adalah hiasan dengan berbagai bentuk dan kreasi yang berisi telur. Dalam satu Male, dihiasi dengan puluhan bahkan ratusan telur. Tradisi mengarak Male dengan diiringi kelompok musik Hadrah ini sudah berjalan bertahun-tahun di Kampung Loloan, Negara, Bali.
Sejak tahun 2024, Male telah ditetapkan salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Jembrana. Bersama dengan Bumbung Gebyok yang juga diusulkan bersamaan.
“Male dan Bumbung Gebyok, sudah ditetapkan menjadi WBTB. Menyusul enam tradisi asal Jembrana yang sudah lebih dahulu ditetapkan WBTB,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara, Jumat (5/9).
Tradisi Male menyusul WBTB Indonesia asal Jembrana yang telah ditetapkan sebelumnya seperti Makepung, Jegog dan Tenun Cagcag. Tradisi mengarak Male digelar hanya di hari tertentu yakni saat puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Rute mengarak Male di sepanjang jalan dari Loloan Timur menuju Masjid Baitul Qodim dengan jarak sekitar satu kilometer. Berbagai bentuk Male dibuat mengikuti kreasi dari masing-masing peserta namun tidak terlepas dari hiasan telur. Setelah diarak dan sampai di Masjid, ratusan telur-telur itu akan dibagikan kepada masyarakat yang sudah memenuhi halaman Masjid.
Selain pembagian telur setelah pengarakan, juga dilakukan tradisi potong rambut bayi dan ambur salim. Warga yang memiliki bayi dan akan potong rambut, mengikuti prosesi ini dirangkai dengan tabur beras kuning bercampur dengan uang logam (ambur salim).
Warga yang datang dari anak-anak hingga dewasa berebut mendapatkan uang logam yang ditaburkan itu. Tradisi ini berkaitan dengan upacara kelahiran atau biasa disebut tradisi Male. “Tradisi setiap mauludan kami melakukan potong rambut bayi yang dibawa sejak lahir. Ini sebagai simbol berakhirnya masa bayi. Hampir seluruh masyarakat di sekitar Loloan Timur yang mengikuti tradisi ini,” kata Mustahidin, Kepala Lingkungan Loloan Timur.
Tiap keluarga yang mempunyai bayi berumur beberapa bulan, ayahnya akan membawa ke masjid untuk rambutnya dipotong oleh para sesepuh, yang umumnya Alim Ulama. Setelah prosesi pemotongan rambut, anak tersebut dibawa pulang ke rumah keluarga masing-masing dan dimandikan dengan air kelapa gading serta dirias dengan barang-barang untuk merias diri. Keunikan upacara mauludan ini terlihat pada sesaji dan kelengkapannya. Sesaji yang berupa Male terbuat dari untaian buah-buahan dan telur yang bersusun menjulang, dengan tatanan buah di bawah dan telur di atas. Sesaji ini dilengkapi dengan setumpuk barang di atas talam, di antaranya 7 lembar kain jarik yang belum pernah dipakai, beras kuning, uang logam (koin atau kepeng) kelapa gading yang diukir, keris (pusaka) serta barang-barang untuk merias diri.
Awalnya tradisi Male itu dibuat menggunakan telur bebek yang ditusuk menggunakan batang bambu dan ditancapkan batang pohon pisang (semacam pajengan). Sekarang dengan banyaknya telur yang digunakan dan peserta bertambah berkembang menggunakan telur ayam. Untuk peringatan dan pengarakan Male tahun ini, digelar pada Sabtu (6/9) pagi. Mengambil waktu sehari setelah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 yang jatuh pada Jumat (5/9). (Surya Dharma/balipost)