Ngaben bikul yang digelar Pemkab Badung pada November 2020. Upacara serupa akan dilaksanakan tahun 2026 mendatang sebagai upaya mengatasi hama tikus. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Serangan hama tikus kembali menghantui para petani di Kabupaten Badung. Puluhan hektare sawah di Gumi Keris dilaporkan rusak akibat serangan tikus hingga menyebabkan gagal panen. Kondisi ini menambah daftar panjang persoalan pertanian, karena selain tikus, hama wereng dan kresek juga menyerang padi milik petani.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung, I Wayan Wijana saat dihubungi, Rabu (27/8), membenarkan fenomena ini. Menurutnya, ancaman tikus tidak hanya dialami Badung, namun juga beberapa wilayah lain di Bali.

Meski begitu, dampak terparah dirasakan langsung petani lokal. “Sudah banyak diserang, makanya Pemkab Badung berencana mengusir tikus secara niskala,” ujarnya.

Data terbaru mencatat, dari total lebih dari 9 ribu hektare sawah di Badung, seluas 49,57 hektar telah terdampak serangan tikus. “Jadi sesuai hasil pendataan penyuluh pertanian lapangan (PPL), serangan tikus menyebabkan gagal panen seluas 49,57 hektar. Ini tersebar di beberapa wilayah,” jelas Wijana.

Baca juga:  Lahan Sawah Milik Petani di Selat Diserang Gulma

Ia merinci, serangan paling parah terjadi di Kecamatan Mengwi dengan luas 24 hektare, disusul Abiansemal 12,4 hektare, serta Petang 13 hektare. Meski kondisi ini memukul petani, pemerintah daerah tak tinggal diam.

Sejumlah langkah konkret seperti mendorong subak mengadakan gerakan pengendalian tikus, menyalurkan bantuan pestisida racun tikus, hingga program perlindungan asuransi pertanian sudah dilakukan. “Selain tikus ada juga serangan hama kresek. Namun, sudah kami berikan bantuan pestisida,” tambahnya.

Wijana juga mengimbau petani menjaga kebersihan saluran irigasi agar tidak menjadi sarang tikus. Pemerintah bahkan menyiapkan bantuan mesin pemotong rumput untuk subak dalam rangka pembersihan aliran sungai.

Sementara itu, langkah berbeda juga disiapkan Pemkab Badung. Melalui Dinas Kebudayaan, pemerintah berencana menggelar kembali tradisi ngaben bikul atau ngaben tikus pada 2026 mendatang. Langkah secara niskala ini diyakini dapat menetralisir hama tikus yang kerap merusak lahan pertanian.

Baca juga:  Diperiksa Sampai Malam, Ini Pengakuan Panitia HUT Komunitas Motor Soal Langgar Prokes

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha menjelaskan bahwa ngaben bikul merupakan bentuk yadnya utama dalam konteks pertanian. Dalam upacara ini, hama yang disimbolisasikan dengan tikus akan diupacarai layaknya prosesi ngaben manusia, dengan harapan agar keberadaannya tidak lagi mengganggu aktivitas pertanian dan perkebunan.

“Tikus yang menjadi simbolisasi itu akan disomia atau dinetralisir, dengan harapan agar kembali ke habitatnya dan tidak mengganggu di areal pertanian atau perkebunan kita,” ujarnya.

Sudarwitha menambahkan, tahapan pelaksanaan upacara akan melibatkan seluruh pasedahan (wilayah subak). Masing-masing pasedahan akan mencari dan membawa tikus dari wilayahnya untuk kemudian dipralina (dibakar) dalam upacara ngaben bikul. Selain tikus asli, akan ada pula simbolisasi tikus melalui warna-warna tertentu yang juga akan diupacarai.

Baca juga:  Giliran Belasan Ekor Babi di Bugbug Samuh Mati Mendadak

“Proses ngaben bikul rencananya akan dipusatkan di Pantai Seseh. Namun tirta (air suci) dari upacara ini nanti akan dipercikkan ke seluruh areal persawahan dan perkebunan di Kabupaten Badung,” terangnya.

Mantan Camat Petang itu melanjutkan, upacara ngaben bikul sebelumnya pernah dilakukan tahun 2020. Kini, sesuai arahan Bupati Badung akan digelar kembali pada tahun 2026, dan tidak menutup kemungkinan akan dilakukan secara rutin dan berkala, semisal lima tahun sekali, tergantung kebutuhan.

“Untuk ngaben bikul ini sedang kami bahas dari sisi penganggaran dan dari serta waktu pelaksanaan,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN