Satgas Pangan Polres Badung sidak ke pasar tradisional menjelang hari besar keagamaan. (BP/Ist)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Harga sejumlah kebutuhan pokok di Kabupaten Badung mengalami kenaikan pada minggu pertama Juli 2025 dibandingkan bulan sebelumnya.

Kenaikan ini terutama dipicu oleh naiknya harga cabai rawit, tomat, biaya pendidikan, ikan tongkol, dan beras.

Dari hasil pantauan perkembangan harga, komoditas seperti cabai rawit menjadi penyumbang terbesar lonjakan harga. Seperti halnya harga Cabai rawit merah Rp 65.000/Kg dari Rp 61.000/Kg, Cabai rawit hijau dari Rp 25.000/Kg menjadi Rp 36.700/Kg. Hal serupa juga terjadi pada tomat dari Rp 18.000/Kg menjadi Rp 20.000/Kg.

Kabag Ekonomi Setda Badung Anak Agung Sagung Rosyawati mengatakan kondisi ini terjadi karena pasokan terbatas akibat cuaca yang tidak mendukung. Begitu juga tomat akibat pasokan berkurang karena cuaca yang kurang bersahabat.

Baca juga:  Kenaikan Harga Pangan dan Solusinya

“Cabai rawit di Badung banyak dipasok dari Bangli, Tabanan, serta dari luar Bali seperti Kediri. Sedangkan Tomat dari daerah penghasil seperti Tabanan, Lumajang (Jawa Timur), dan NTB,” ungkap Rosyawati pada Jumat (11/7).

Menurutnya, harga ikan tongkol pun melonjak dari Rp 30.000/Kg naik menjadi Rp 35.000/Kg. Pasokan menurun karena hasil tangkapan nelayan berkurang akibat cuaca buruk.

Begitu juga dengan beras medium dari Rp 14.500/Kg menjadi Rp 16.000/Kg. Kenaikan harga dipicu oleh berkurangnya pasokan setelah masa panen raya, yang membuat harga Gabah Kering Panen (GKP) naik.

Baca juga:  Tarif Tes Covid-19 Diturunkan, Arus Penumpang Bandara Ngurah Rai Naik

“Biaya pendidikan ikut menyumbang peningkatan, karena bertepatan dengan awal tahun ajaran baru. Kenaikan ini terjadi karena tingginya permintaan terhadap seragam sekolah dan perlengkapan belajar,” ucapnya.

Pemerintah Kabupaten Badung menghadapi berbagai hambatan dalam mengendalikan inflasi. Salah satu kendala utama adalah terbatasnya kapasitas produksi. Produksi cabai, bawang menurun karena penyusutan lahan dan berkurangnya populasi ternak.

“Selain itu, pasokan pangan sangat rentan terhadap perubahan iklim yang sulit diprediksi. Distribusi pasar juga belum efisien karena rantai distribusi yang panjang dan dominasi oleh pelaku besar,” jelasnya.

Baca juga:  Panen Raya, Harga Beras Masih Lampaui HET

Sebagai daerah wisata, Badung juga harus memenuhi kebutuhan sektor pariwisata, tidak hanya masyarakat lokal. Kebutuhan meningkat saat hari besar keagamaan atau ketika kunjungan wisatawan melonjak, sehingga terjadi fluktuasi harga barang dan jasa.

“Fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) dan angkutan udara turut memberi dampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok. Namun, kami terus berupaya menekan laju inflasi, namun berbagai tantangan struktural dan eksternal membuat pengendalian harga menjadi pekerjaan yang tidak mudah,” sebutnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN