Menteri Kebudayaan Republik Indonesia (Menbud), Fadli Zon dalam kegiatan seminar Nasional Perkumpulan Prodi Pendidikan Sejarah se-Indonesia (P3SI), yang dihadiri secara online. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Buku sejarah dapat menemukan kembali jati diri bangsa Indonesia. Demikian dikatakan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam kegiatan seminar Nasional Perkumpulan Prodi Pendidikan Sejarah se-Indonesia (P3SI).

“Sudah saatnya kita menulis ulang sejarah Indonesia—bukan hanya sebagai catatan, tapi sebagai landasan untuk membentuk generasi yang memahami siapa dirinya dan ke mana bangsanya akan menuju.” kata Fadli Zon melalui keterangan resminya, dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (6/7).

Kegiatan yang berlangsung di Gedung Raden Dewi Sartika, Universitas Negeri Jakarta itu mengangkat tema “Menulis Sejarah, Membangun Bangsa: Membangun Peran Pendidikan Sejarah di Sekolah.”

“Tema ini sangat aktual dan penting, serta menjadi topik pembicaraan yang hangat saat ini. Sejarah itu penting dalam membangun Bangsa,” kata Menbud.

Baca juga:  Ketat! Ini Perolehan Suara Paslon Bangsa dan Tepat di Sejumlah TPS

Fadli Zon mengatakan bahwa terdapat beberapa pekerjaan rumah yang besar untuk Indonesia, terkait penulisan ulang sejarah dan pembaruan dalam penulisan sejarah nasional.

Menurut dia, hingga saat ini, Indonesia masih belum secara sistematis dalam mendokumentasikan perjalanan bangsa ini pasca-Reformasi.

“Terakhir, Buku Sejarah Nasional Indonesia disusun pada 1970-an oleh tim di bawah pimpinan Prof. Soekanto, sementara karya Indonesia dalam Arus Sejarah yang terbit pada 2012 belum mencakup perkembangan politik dan sosial dari era BJ Habibie hingga Joko Widodo,” jelasnya.

“Kita perlu menggeser cara pandang tersebut ke arah yang lebih Indonesia-sentris,” ujarnya.

Baca juga:  Pernyataan Menbud Soal Kekerasan Seksual 98 Menuai Kritikan

Ia mencontohkan bagaimana Belanda menyebut agresi militer mereka sebagai “aksi polisionil”.

Fadli kembali menegaskan bahwa menulis sejarah tidak hanya soal pencatatan peristiwa, tetapi juga bagian penting dari membangun identitas nasional.

Dalam konteks ini, lanjutnya, muncul seruan untuk melakukan re-inventing Indonesian identity—menemukan kembali jati diri bangsa melalui narasi sejarah yang berpijak pada pengalaman dan karakter Indonesia sendiri.

Sementara itu, Ketua Umum P3SI, Zulkarnain menekankan bahwa forum ini merupakan sarana penting untuk membangun komunikasi dan kerja sama antar program studi pendidikan sejarah.

“Kongres keempat ini menjadi momen krusial dalam memperkuat keberadaan P3SI sekaligus mendorong perkembangan pendidikan sejarah di tanah air,” tegasnya.

Baca juga:  Temukan Konten Judi Dalam Jaringan, Lapor ke Kanal aduankonten.id

Melengkapi pernyataan Menbud, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, menyampaikan bahwa sejarah tidak sekadar hanya hafalan dan lain sebagainya.

“Tapi kita punya ide-ide kreatif yang sebenarnya memiliki banyak peluang. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan peluang itu sebaik mungkin,” katanya.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh penting seperti Rektor UNJ, Prof. Dr. Komarudin, M.Si. dan Ketua Umum P3SI Periode 2022-2025, Dr. Zulkarnain, M.Pd.

Dalam kegiatan ini juga dilakukan Penandatanganan MoU antara Kementerian Kebudayaan dengan Universitas Negeri Jakarta, yang diwakilkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Firdaus Wajdi, Ph.D. dan Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN