
DENPASAR, BALIPOST.com – Pagelaran Dramatari Topeng Panca Duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali XLVII tahun 2025, tampil apik di kalangan Ayodya, Art Center Denpasar, Jumat malam (4/7).
Penampilan dari Sanggar Seni Gita Lestari, Banjar Patolan, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, dimulai pukul 20.00 WITA cukup membius pengemar seni dan masyarakat untuk tidak beranjak hingga pementasan selesai, sekitar pukul 22.30 WITA.
Dengan penyajian apik, gamelan di bawah penata tabuh, I Made Arta Kusuma dan I Gede Yudi Dananjaya, mengiringi setiap pergelaran tari yang diawali dengan Topeng Keras, Topeng Tua, Topeng Penasar dikolaborasi dengan Topeng Dalem dan terakhir penampilan Topeng Bebondresan, yang mengisahkan tentang Jogan Agung.
Ketua Sanggar Gita Lestari, Komang Tawa, dalam sinopsis pergelaran Topeng Panca Duta Kabupaten Gianyar, mengisahkan Bali mengalami kehancuran yang disebabkan oleh I Kala Sunya yang menyebarkan wisya seperti, gering agung, grubug, sasah, mrana dan sebagainya. Dengan rusaknya jagat Bali, Ida Sang Hyang Putran Jaya dan Dewi Danu, memohon ke hadapan Hyang Pasupati yang bersthana di Gunung Semeru, agar Jagat Bali diselamatkan.
Sang Hyang Pasupati memahami kesulitan yang dialami oleh putranya, Sang Hyang Putran Jaya. Beliau bersama para dewata turun ke Bali untuk menandingi kesaktian I Kala Sunya.
Akhirnya Hyang Pasupati melakukan pemurtian sehingga air laut berubah menjadi minyak dan menyemburkan api yang sangat dashyat, sehingga membuat I Kala Sunya kepanasan dan memohon ampun kepada Hyang Murtining Jagat. Ia berjanji tidak akan menganggu jagat Bali, bahkan akan menjaga jagat Bali asalkan setiap sasih kesanga (Caitra Masa) kepada kala Sunya dipersembahkan Tawur Amanca Wali Krama.
Penampilan lima penari topeng Sanggar Seni Gita Lestari, dibawah Koordinator I Ketut Darya dan Pembina Dr. I Ketut Kodi ini membuat penonton bergeming hingga akhir pementasan.
Terlebih, tema pergelaran Topeng Panca yang ditampilkan sesuai dengan tema PKB tahun ini, yang mengusung, Jagat Kerthi Lokahita Samudaya, yang berarti Harmoni Semesta Raya.
Selain kisahnya, dalam dialog percakapan para penari topeng banyak memberikan pesan pemeliharaan dan menjaga alam, baik yang ada di Gunung maupun alam yang ada di Laut. Dimana, gunung dan laut merupakan simbolik dari lingga dan yoni, yang mesti dijaga keharmonisannya. (Agung Dharmada/balipost)