
DENPASAR, BALIPOST.com – Desa Tenganan Pegringsingan di Karangasem dikenal sebagai salah satu desa Bali Aga yang masih kuat memegang tradisi leluhur.
Salah satu warisan paling sakral dari desa ini adalah gamelan Selonding, alat musik kuno yang dipercaya sebagai titisan wahyu dan berusia hampir 900 tahun.
Berikut beberapa hal menarik tentang Gamelan Selonding:
1. Hanya Ada di Desa-Desa Bali Aga
Gamelan Selonding tidak ditemukan di semua desa di Bali. Alat musik ini khas desa-desa Bali Aga seperti Tenganan, Trunyan, dan beberapa desa tua di Bangli dan Buleleng. Keberadaannya sangat terbatas dan dijaga ketat oleh masyarakat adat.
2. Warisan dari Langit?
Warga Tenganan meyakini gamelan ini berasal dari wahyu Ratu Selonding, setelah terdengar suara bergemuruh dari langit. Karena itulah, gamelan ini dianggap suci dan tidak boleh dimainkan sembarangan.
3. Digunakan Hanya untuk Upacara Sakral
Selonding hanya dimainkan saat upacara besar seperti Usaba Sumbu, Usaba Dangsil, dan upacara adat penting lainnya. Gamelan ini tidak digunakan untuk pertunjukan hiburan atau kegiatan profan.
4. Tidak Boleh Menyentuh Tanah
Sebagai benda sakral, bilah-bilah gamelan Selonding tidak boleh langsung menyentuh tanah. Setiap kali dimainkan atau disimpan, selalu ada alas khusus yang digunakan. Larangannya ketat, karena dipercaya bisa membawa malapetaka bila dilanggar.
5. Usianya Lebih dari 900 Tahun
Selonding diyakini sudah ada sejak masa pemerintahan Raja Jaya Sakti pada abad ke-11. Usianya menjadikannya salah satu gamelan tertua di Bali yang masih lestari hingga kini.
6. Nada yang Tidak Biasa
Berbeda dengan gamelan biasa, Selonding menggunakan laras pelog tujuh nada. Suaranya terdengar lebih klasik dan memiliki nuansa magis yang khas. Tidak semua orang bisa memainkannya, karena butuh pemahaman khusus terhadap “soul”-nya. (Pande Paron/balipost)