Siswa SD di Denpasar mengikuti lomba mendaur ulang sampah anorganik. (BP/May)

DENPASAR, BALIPOST.com – Puluhan siswa SD di Denpasar berlomba mengolah sampah organik menjadi barang baru. Mereka menggunakan sampah plastik, botol bekal, koran, cup minuman bekas.

Ni Komang Sanatha Nalini Devi, siswi kelas 6 dari SD Cipta Dharma bersama enam temannya datang ke Taman Kota, Lumintang, pada Kamis (5/6), untuk menunjukkan kemampuan mengah sampah anorganik menjadi barang- barang yang berguna.

“Kita datang untuk melakukan daur ulang sampah karena sampah anorganik engga bisa hancur seperti sampah organik yang bisa ditanam karena sampah anorganik dapat merusak bumi,makanyaa perlu diolah agar dapat digunakan kembali sehingga produksinya dari produseb dapat ditekan,” ungkapnya.

Baca juga:  Dukung PBM, Skul.id Diluncurkan saat DEF 2025

Ia bersama teman – temannya didampingi guru, membawa sampah- sampah anorganik yang sudah dipilahnya. Setelah mencari referensi, diputuskan sampah- sampah itu diolah menjadi barang yang dapar bergunaa agar tidak mencemari lingkungan.

“Kami bisa membuat aneka kerajinan misalnyaa dekorasi kamar. Jadi bagi yang tidak ada budget bisa mengolah botol plastik, sendok, sedotan bekas menjadi barang baru, keranjang bunga atau lampu belajar,” bebernya.

Baca juga:  Kalangan Pendidikan Sambut Positif "Karangasem Akhir Pekan"

Menurut salah satu juri lomba Ketut Yudi Mahendra, jenis sampah anorganik yang paling berbahaya adalah tas plastik atau kresek karena masyarakat terlalu gampang mendapatkannya. “Misalnya membeli apapun, pedagang terlalu mudah menyediakan plastik, kemudian tidak tahu cara mengolahnya untuk digunakan kembali sehingga dibuang begitu saja, nyangkut ke sungai dan sampailah sampah itu di laut, kemudian dimakan ikan, penyu, itu akan menjadi masalah buat kita yang mengonsumsi dagingnya,” ujarnya.

Baca juga:  Gara-gara Medsos, Sopir Tusuk Mantan Istri

Sampah masih menjadi momok karena mereka tidak mau melakukan hal sederhana seperti memilah. Apalagi membuat sesuatu karya dari daur ulang sampah. Padahal jika sampah terpilah, maka akan sangat mudah untuk mengolahnya kembali.

“Karena mereka merasa sudah membayar sehingga berpikir untuk apa memilah sampah. Ini yang perlu terus diedukasi agar mereka peduli terhadap sampah yang dihasilakan,” ujarnya. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN