Tradisi megibung digelar di Objek Wisata Taman Soekasada Ujung, Karangasem, Rabu (28/6/2023). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tradisi Megibung adalah warisan budaya khas di Bali, salah satunya di Kabupaten Karangasem, yang mengedepankan nilai kebersamaan dan kesetaraan melalui makan bersama dalam satu wadah.

Lebih dari sekadar kegiatan makan, Megibung mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali yang menjunjung tinggi gotong royong dan persaudaraan.

1. Berawal dari Strategi Raja Karangasem pada Abad ke-17

Tradisi Megibung diperkenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1692 Masehi. Daat itu, sang raja mengajak prajuritnya makan bersama dalam posisi melingkar setelah ekspedisi militer di Lombok, guna mempererat solidaritas antar pasukan.

Baca juga:  Sempat Ngaku Punya Riwayat, Jerinx Akhirnya Divaksinasi COVID-19

2. Makna di Balik Nama ‘Megibung’

Kata “Megibung” berasal dari kata dasar “gibung” yang berarti kegiatan bersama-sama atau berbagi. Dengan awalan “me-“, kata ini menggambarkan aktivitas makan bersama dalam satu wadah, mencerminkan semangat kebersamaan dan persatuan.

3. Disajikan dalam Dua Wadah: Gibungan dan Karangan

Dalam tradisi Megibung, makanan disajikan dalam dua wadah utama: gibungan untuk nasi putih dan karangan untuk lauk-pauk. Lauk khas yang disajikan antara lain lawar, sate, urutan, dan jukut ares. Makanan ini dinikmati oleh kelompok yang duduk melingkar, biasanya terdiri dari delapan orang.

Baca juga:  Peringati Hari Bhayangkara, TNI-Polri Lakukan Tradisi Spesial

4. Dilaksanakan dalam Berbagai Upacara Adat

Megibung biasanya diadakan dalam rangkaian upacara adat dan keagamaan, seperti pernikahan, ngaben, odalan di pura, dan upacara tiga bulanan. Tradisi ini menjadi sarana mempererat hubungan sosial dan spiritual antarwarga.

5. Etika dan Tata Tertib yang Dipegang Teguh

Dalam pelaksanaan Megibung, terdapat etika yang harus dipatuhi, seperti mencuci tangan sebelum makan, tidak menjatuhkan makanan, dan tidak mengambil makanan di depan orang lain. Etika ini mencerminkan rasa hormat dan kesopanan dalam kebersamaan.

Baca juga:  Dinilai Membandel, Sentra Sukla Satyagraha di Beng Akhirnya Disegel

6. Simbol Kesetaraan Sosial

Megibung menghapuskan sekat sosial; semua peserta, tanpa memandang status atau kasta, duduk dan makan bersama dalam satu wadah. Hal ini mencerminkan nilai kesetaraan dan persaudaraan yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Karangasem.

7. Dilestarikan sebagai Warisan Budaya

Pemerintah Kabupaten Karangasem secara aktif melestarikan tradisi Megibung melalui berbagai acara dan festival budaya. Salah satunya adalah Megibung massal yang pernah melibatkan ribuan peserta, menunjukkan komitmen masyarakat dalam menjaga warisan leluhur. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN