
DENPASAR, BALIPOST.com – Tradisi Bali kaya akan makna spiritual yang diwariskan lintas generasi. Salah satunya adalah Bayuh Otonan, sebuah tradisi sakral yang digelar saat seseorang tepat oton—hari kelahiran berdasarkan kalender Bali.
Upacara ini dipercaya sebagai sarana penyucian diri dan penetral karma buruk sejak lahir. Berikut lima hal penting yang perlu diketahui tentang tradisi Bayuh Otonan:
1. Hari Kelahiran Bukan Sekadar Ulang Tahun
Berbeda dari perayaan ulang tahun pada umumnya, Bayuh Otonan dilakukan berdasarkan perhitungan wuku dan wewaran dalam kalender Bali, yakni setiap 210 hari sekali. Ini disebut sebagai oton atau hari kelahiran Bali.
Pada hari inilah diyakini seseorang membawa pengaruh karma wasana—bekas karma dari kelahiran sebelumnya yang perlu dinetralisasi.
2. Tujuan: Netralisasi Energi Negatif Sejak Lahir
Upacara ini bertujuan menyucikan dan menetralkan unsur-unsur panas atau keras dalam diri seseorang. Energi negatif atau potensi buruk yang diyakini terbawa sejak lahir—seperti emosi tak terkendali atau tabiat buruk—diharapkan bisa dinetralkan melalui Bayuh Otonan.
3. Diruwat dengan 16 Jenis Air Suci
Salah satu unsur penting dalam upacara ini adalah air suci dari 16 sumber atau pura, yang digunakan untuk meruwat dan menyucikan secara rohani. Pembersihan ini dikenal juga sebagai melukat.
Air-air tersebut dipercaya membawa kekuatan berbeda untuk menyeimbangkan unsur panas dan dingin dalam tubuh.
4. Simbolisme: Benang Putih, Sangkar Ayam, hingga Banten Oton
Simbol-simbol unik seperti benang putih, sangkar ayam, dan banten oton digunakan dalam prosesi. Sangkar ayam, misalnya, sebagai lambang pelepasan leteh (kotoran) dari diri. Sementara benang putih melambangkan pengikat kekuatan suci dan perlindungan rohani bagi yang diupacarai.
5. Tak Hanya untuk Anak-anak, Orang Dewasa pun Perlu Diruwat
Meski kerap dilakukan untuk anak-anak, Bayuh Otonan juga penting bagi orang dewasa, bahkan lansia. Selama masih hidup, pengaruh karma wasana dianggap terus berjalan. Maka, penyucian rutin ini diyakini membantu menjaga keselarasan lahir batin, bahkan kesehatan fisik dan mental. (Pande Paron/balipost)