Desa Adat Ngis di Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, memiliki tradisi sakral yang tidak hanya unik secara bentuk, tetapi juga mendalam secara filosofi, yakni Ngusabha Gedebong. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Desa Adat Ngis di Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, memiliki tradisi sakral yang tidak hanya unik secara bentuk, tetapi juga mendalam secara filosofi, yakni Ngusabha Gedebong. Tradisi ini merupakan bentuk persembahan dan rasa syukur masyarakat terhadap alam semesta dan anugerah kesuburan yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Berikut 7 fakta menarik yang menjelaskan kekayaan makna dari tradisi ini, dilansir dari berbagai sumber:

1. Tradisi Ungkapan Syukur kepada Alam dan Tuhan

Ngusabha Gedebong adalah bagian dari upacara Dewa Yadnya, yaitu ritual persembahan kepada Tuhan sebagai ungkapan terima kasih atas kesuburan tanah dan hasil bumi. Ini juga menjadi momentum spiritual untuk mempererat hubungan manusia dengan alam.

Baca juga:  Empat Tahun Kepemimpinan Koster-Cok Ace Peroleh Apresiasi Luar Biasa

2. Hanya Dilaksanakan Sekali dalam Setahun

Ritual ini dilangsungkan setiap Purnama Sasih Kawulu (sekitar bulan Februari) dan menjadi momen sakral yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat adat setempat.

3. Gedebong Pisang Dipasang Terbalik

Ciri khas utama dari tradisi ini adalah pemasangan gedebong (batang pisang) secara terbalik di depan rumah warga. Posisi ini bukan tanpa alasan—ia melambangkan penyatuan akasa (langit) dan pertiwi (bumi), simbol harmoni kosmis.

4. Diawali dengan Paruman Adat di Pura Puseh

Baca juga:  Puluhan ABK dari Lotim Diamankan, Dicurigai Palsukan Sertifikat Vaksinasi

Sebelum ritual dilaksanakan di rumah masing-masing, seluruh krama desa berkumpul untuk paruman adat(musyawarah) di Pura Puseh, menandai awal rangkaian upacara.

5. Upacara Dipimpin oleh Pemangku

Ritual di setiap rumah dipimpin oleh Jro Mangku (pemangku adat), yang membagikan tirta (air suci) dan membimbing doa-doa persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi.

6. Lambang Keseimbangan Kosmos

Gedebong yang ditancapkan terbalik bukan sekadar sarana ritual, tapi simbol keseimbangan kosmos: antara energi langit dan bumi, spiritual dan material, makrokosmos dan mikrokosmos.

Baca juga:  Komisi IV Soroti Ketimpangan Jaspel di RSUD Karangasem

7. Mengandung Nilai Tattwa, Susila, dan Acara

Tradisi ini mencerminkan ajaran Hindu Bali secara menyeluruh: tattwa (filsafat), susila (etika), dan acara (ritual). Ia mengajarkan pentingnya rasa syukur, hidup harmonis dengan alam, dan menjaga warisan leluhur.

Tradisi Ngusabha Gedebong adalah cermin kearifan lokal Bali Timur yang tetap hidup di tengah modernitas. Ia bukan sekadar ritual, melainkan ekspresi spiritual kolektif masyarakat yang menyatu dengan alam dan nilai-nilai leluhur. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN