Tradisi megeburan di Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Buleleng. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tradisi Bali selalu kaya akan makna spiritual dan nilai kebersamaan. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Megeburan, tradisi lempar air yang dilakukan usai upacara piodalan.

Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang sosial dan budaya yang menarik perhatian banyak orang, termasuk wisatawan.

Berikut enam fakta menarik tentang Megeburan:

  1. Berlangsung di Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan
Baca juga:  Telkomsel Santuni Ratusan Anak Yatim di Lombok

Tradisi Megeburan masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Tradisi ini menjadi daya tarik karena melibatkan remaja, terutama perempuan, dalam prosesi lempar air sebagai bentuk rasa syukur.

2. Makna Kata ‘Megeburan’

Dalam bahasa sehari-hari masyarakat Bali, “Megeburan” berarti melempar air. Tradisi ini dilakukan sebagai simbol penyucian diri dan rasa terima kasih kepada leluhur setelah selesainya upacara piodalan.

3. Dilakukan Setelah Piodalan

Baca juga:  Keberlanjutan Tradisi Bali

Megeburan tidak berdiri sendiri. Tradisi ini merupakan lanjutan dari upacara piodalan, yaitu perayaan hari lahir pura yang berasal dari kata wedal (lahir). Kombinasi keduanya dimaknai sebagai proses kelahiran kembali yang suci.

4. Pesertanya Remaja Perempuan

Yang membuat Megeburan menarik adalah keterlibatan remaja perempuan, khususnya anggota sekaa teruna. Mereka melemparkan air ke arah pria sebagai bagian dari prosesi simbolis pembersihan dan penerimaan anggota baru dalam banjar.

5. Simbol Kelahiran Kembali dan Penyucian

Baca juga:  Bupati Suwirta Minta Longsor di Mahoni dan Pura Dalem Besan Segera Dikerjakan

Tradisi ini sarat makna. Kombinasi antara lempar air dan piodalan dimaknai sebagai proses lahir kembali dan penyucian, bukan hanya bagi individu, tetapi juga komunitas adat secara keseluruhan.

6. Jadi Daya Tarik Budaya dan Wisata

Uniknya prosesi Megeburan membuatnya dikenal luas hingga ke luar daerah. Tak jarang wisatawan yang datang untuk menyaksikan tradisi ini karena keunikannya yang memadukan ritual, sosial, dan hiburan. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN