I Nyoman Sucipta. (BP/Istimewa)

Oleh I Nyoman Sucipta

Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam pertahanan non-militer suatu negara. Dalam konteks ini, ketahanan pangan tidak hanya sekadar tentang ketersediaan makanan, tetapi juga mencakup aspek aksesibilitas, stabilitas, dan pemanfaatan pangan yang memadai bagi seluruh penduduk.

Ketahanan pangan adalah fondasi yang menentukan ketahanan nasional, karena tanpa pangan yang cukup dan berkualitas, stabilitas sosial, ekonomi, dan politik suatu negara dapat terganggu.

Pertahanan non-militer menekankan pada upaya menjaga kedaulatan dan keamanan negara melalui pendekatan non-kekerasan, seperti diplomasi, ekonomi, sosial, dan budaya. Ketahanan pangan masuk dalam ranah ini karena ia berkaitan langsung dengan kesejahteraan rakyat dan stabilitas internal.

Negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya akan lebih tahan terhadap gejolak sosial, ekonomi, maupun politik yang dapat dimanfaatkan oleh pihak eksternal untuk mengintervensi kedaulatan negara.

Di era globalisasi, ketahanan pangan juga menghadapi tantangan kompleks, seperti perubahan iklim, konflik internasional, dan ketergantungan pada impor pangan. Perubahan iklim, misalnya, dapat mengancam produksi pertanian lokal, sementara ketergantungan pada impor pangan membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga dan gangguan pasokan di pasar global.

Oleh karena itu, membangun ketahanan pangan yang mandiri dan berkelanjutan adalah langkah strategis dalam memperkuat pertahanan non-militer.

Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendorong diversifikasi pangan, peningkatan produktivitas pertanian, dan penguatan rantai pasok pangan lokal.

Baca juga:  Jaga Ketahanan Pangan, Ini Dilakukan Kodam

Selain itu, edukasi tentang pola konsumsi yang sehat dan ramah lingkungan juga penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan pangan tertentu. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengembangkan inovasi pertanian, seperti teknologi pertanian presisi dan pertanian organik, dapat menjadi solusi jangka panjang.

Dalam konteks pertahanan non-militer, ketahanan pangan juga harus dipandang sebagai bagian dari upaya membangun ketahanan nasional yang holistik. Negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya tidak hanya akan lebih mandiri, tetapi juga memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam percaturan global.

Ketahanan pangan yang kuat akan mengurangi kerentanan terhadap tekanan eksternal, baik melalui embargo pangan maupun manipulasi pasar. Ketahanan pangan merupakan elemen krusial dalam pertahanan non-militer yang harus mendapat perhatian serius dari semua pihak, terutama pemerintah dan pemangku kebijakan.

Dalam konteks pertahanan non-militer, ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya, tetapi juga menjadi penentu stabilitas sosial, ekonomi, dan politik. Tanpa ketahanan pangan yang kuat, negara akan rentan terhadap berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Ketahanan pangan juga erat kaitannya dengan ketahanan ekonomi. Negara yang bergantung pada impor pangan akan sangat rentan terhadap fluktuasi harga global dan gangguan pasokan. Misalnya, krisis pangan global atau embargo pangan dari negara lain dapat langsung memengaruhi stabilitas ekonomi domestik. Dengan memperkuat produksi pangan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor, negara dapat membangun ketahanan ekonomi yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Baca juga:  Dukung Ketahanan Pangan, Bhabinkamtibmas Garap Lahan Puluhan Are di Penatih

Ketahanan pangan juga memiliki dimensi politik yang kuat. Negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam hubungan internasional. Sebaliknya, negara yang bergantung pada bantuan pangan dari luar negeri dapat kehilangan kedaulatannya karena tekanan politik atau ekonomi dari negara donor. Oleh karena itu, ketahanan pangan adalah bagian integral dari kedaulatan nasional.

Untuk memperkuat ketahanan pangan, beberapa langkah strategis perlu diambil. Pertama, diversifikasi pangan harus menjadi prioritas. Ketergantungan pada satu jenis komoditas pangan, seperti beras, dapat menimbulkan risiko besar jika terjadi gagal panen atau krisis global.

Kedua, investasi dalam teknologi pertanian modern, seperti pertanian presisi, irigasi cerdas, dan penggunaan benih unggul, harus ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Ketiga, pemerintah perlu memperkuat infrastruktur logistik pangan untuk memastikan distribusi yang merata dan tepat waktu ke seluruh wilayah.

Memperkuat ketahanan pangan bukan hanya tentang memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap makanan yang cukup dan bergizi, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kokoh untuk menjaga stabilitas nasional dan kedaulatan negara.

Dalam konteks tantangan global yang semakin kompleks, ketahanan pangan menjadi salah satu kunci utama untuk memastikan bahwa suatu negara dapat bertahan dan berkembang secara mandiri.

Baca juga:  PMP, Jangan "Diajarkan" Tetapi Diinternalisasikan

Ketahanan pangan yang kuat menjamin kesejahteraan rakyat. Ketika kebutuhan pangan terpenuhi, masyarakat dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

Hal ini berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia (SDM), yang merupakan modal utama pembangunan nasional. Sebaliknya, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dapat memicu masalah kesehatan, kemiskinan, dan ketidakstabilan sosial.

Ketahanan pangan yang kuat adalah fondasi bagi stabilitas nasional. Sejarah menunjukkan bahwa krisis pangan sering kali menjadi pemicu kerusuhan sosial, konflik, bahkan pergolakan politik.

Misalnya, kenaikan harga pangan secara tiba-tiba dapat memicu protes dan ketegangan sosial, seperti yang terjadi di beberapa negara selama krisis pangan global 2007-2008. Dengan memperkuat ketahanan pangan, negara dapat mencegah gejolak semacam ini dan menjaga stabilitas internal.

Ketahanan pangan yang mandiri memperkuat kedaulatan negara. Ketergantungan pada impor pangan atau bantuan pangan dari luar negeri dapat membuat negara rentan terhadap tekanan politik, ekonomi, atau bahkan manipulasi dari pihak asing. Negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam hubungan internasional dan tidak mudah dipengaruhi oleh kepentingan asing.

Penulis, Guru Besar Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

BAGIKAN