
DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang Hari Raya Waisak, Vihara Paramita di Denpasar menjadi salah satu pusat kegiatan spiritual umat Buddha di Bali.
Perayaannya tak hanya khusyuk, tetapi juga menyatu dengan alam dan nilai-nilai kemanusiaan. Berikut lima tradisi yang dilakukan di sana, dilansir dari berbagai sumber:
1. Fang Sheng: Melepas Tukik, Burung, dan Ikan sebagai Wujud Cinta Kasih
Tradisi pelepasan hewan, yang dikenal sebagai fang sheng atau satwa mocana, menjadi salah satu ritual utama. Umat melepas tukik, burung, dan ikan ke habitat aslinya sebagai simbol pembebasan dari penderitaan dan bentuk penghormatan pada kehidupan.
2. Pemandian Rupang Buddha: Simbol Penyucian Batin
Pemandian rupang (patung) Buddha menggunakan air wangi dilakukan oleh umat secara bergantian. Ritual ini mencerminkan harapan untuk membersihkan batin dari kekotoran pikiran dan emosi negatif.
3. Puja Api Homa: Doa Penyucian Melalui Elemen Api
Puja api homa adalah ritual pemujaan yang dilakukan dengan mempersembahkan sesaji ke dalam api. Api dianggap sebagai perantara penyucian diri dan alam semesta, dan menjadi cara mengirim doa kepada makhluk-makhluk leluhur dan semua makhluk hidup.
4. Refleksi dan Meditasi di Tengah Nuansa Damai
Di sela ritual, umat melakukan meditasi dan pembacaan paritta suci. Nuansa teduh di vihara menjadi ruang yang menenangkan untuk merefleksikan ajaran Buddha tentang kedamaian dan welas asih.
5. Partisipasi Lintas Usia: Dari Anak-Anak Hingga Lansia
Menariknya, semua usia terlibat dalam perayaan ini. Anak-anak membawa burung, remaja membantu dalam puja api, dan para lansia turut serta dalam meditasi dan doa. Ini memperlihatkan Waisak sebagai perayaan lintas generasi. (Pande Paron/balipost)