
DENPASAR, BALIPOST.com – Menindaklanjuti polemik belum dibongkarnya pagar di Laut Pulau Serangan oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID), Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali bersama Satpol PP Provinsi Bali mendatangi Kantor PT BTID dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Senin (3/3).
Pihak PT BTID diminta menjelaskan alasan mengapa pagar pelampung tersebut hingga kini belum dibongkar. Padahal, pihak PT BTID sudah berjanji akan membongkarnya setelah 30 hari pascapertemuan dengan para nelayan didampingi anggota DPR RI, DPR RI dan anggota DPRD Kota Denpasar pada 30 Januari 2025 lalu. Pertemuan yang digelar tertutup tersebut berjalan alot.
Seusai pertemuan, Kepala DKP Provinsi Bali, Putu Sumardiana, mengungkapkan hasil pertemuan tersebut disepakati pagar pelampung di laut Pulau Serangan dicabut. Namun kapan akan dicabut, hal tersebut diserahkan kepada pihak pemasang, yaitu PT BTID. “Kapan dicabut? saya serahkan kepada pemasang, yaitu BTID. Kami masih memberikan toleransi, siapa yang memasang dia yang mencabut,” ujarnya.
Menurutnya, pagar pelampung yang dipasang tersebut telah membatasi gerak nelayan kecil untuk mencari ikan. Sebab, akses untuk melaut dibatasi.
Selain itu, kejadian tersebut telah menimbulkan konflik kepentingan di sekitar. “Dengan dua syarat ini (pagar pelampung,red) harus dicabut. Dan kami akan kejar terus kalau tidak segera dicabut,” tegasnya.
Apabila toleransi yang diberikan tersebut tidak segera dilaksanakan, maka DKP bersama Satpol PP dan KKP akan mencabutnya. “Saya tidak mau tahu pelampung tersebut harus dicabut,” tandasnya.
Sementara itu, Kasatpol PP Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi dengan tegas meminta agar pagar pelampung tersebut dicabut hari ini. “Hari ini kami minta pelampung itu segera dicabut, dan digantikan dengan warning point sebagai edukasi ke nelayan dan masyarakat bahwa itu areal bukan dibuka untuk umum, karena berakses pada keselamatan, karena ada kegiatan-kegiatan di bawah laut,” jelasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak BTID belum memberikan keterangan terkait pertemuan yang berlangsung tertutup itu. (Ketut Winata/balipost)