Ilustrasi hunian di Bali yang menjadi pilihan investasi bagi orang kaya untuk rumah kedua mereka. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan riset, Bali merupakan salah satu dari sepuluh destinasi pilihan investasi orang kaya untuk rumah kedua. Riset ini juga menyebut pertumbuhan ekonomi di Bali mencapai 7,5% sejak 2021, dengan rata-rata okupansi yang terus meningkat hingga mencapai 75%, membuat investasi di Bali sangat menarik.

Konsultan properti, Knight Frank menyebutkan Mordor Intelligence melaporkan bahwa di 2023, pasar properti residensial Indonesia tumbuh dengan nilai sekitar USD 67 miliar. Diperkirakan pada 2024 akan mencapai meningkat lagi menjadi USD 72 miliar, atau tumbuh sekitar hampir 8%. Bahkan di 2029 diramalkan akan mencapai USD 105,7 miliar.

Baca juga:  Nusa Dua Beach Hotel & Spa Win Gold Sunny Heart Award

Dengan kondisi tersebut, tak ketinggalan investor asal Austria, Johannes Weissenbaeck juga tertarik berinvestasi di Bali. Bukan Kuta, Canggu atau Ubud yang dipilih melainkan di Beraban, Tabanan.

Meski jauh dari bandara, namun menurutnya dengan dibangunnya Nuanu City seluas 44 ha tepat di depannya, akan menarik minat masyarakat menghuni OXO the Residences. “Satu hal yang pasti, lokasi proyek hunian terbaru ini terletak tepat di depan Nuanu City, sebuah proyek yang digadang akan menjadi The Next Big Thing di Bali setelah Canggu dalam 2-3 tahun ke depan,” imbuhnya dalam keterangan tertulisnya.

Baca juga:  Pelaksanaan Event G20 Tak Hanya Dipusatkan di Nusa Dua

Founder dan CEO OXO Group Indonesia ini mengungkapkan, perumahan yang dibangun dengan nilai proyek Rp500 miliar terdiri dari 40-unit vila di atas lahan seluas 2 hektare.

Ia optimis properti ini akan memikat konsumen lokal maupun internasional dengan harga mulai dari Rp7,5 miliar. “Setiap proyek hunian yang kami kerjakan harus memiliki standar internasional dan bisa diterima, bukan hanya oleh pasar domestik, namun juga pasar global,” ungkapnya.

Baca juga:  Puluhan Personel Polres Bangli Naik Pangkat

Meskipun pasar internasional saat ini masih kuat dan didominasi oleh konsumen dari Singapura, Amerika Serikat, Australia dan Jepang, jelas Johannes, pihaknya menargetkan 80% pembeli domestik, sementara 20% dari mancanegara.

“Kami meyakini akan menjadi game changer yang menciptakan standar baru dalam industri properti di Bali,” tutur Jo, sapaan akrab Johannes Weissenbaeck. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN