Djoko Subinarto. (BP/Istimewa)

Oleh Djoko Subinarto

Penyelenggaraan konser musik bukan hanya menjadi tempat bersuanya para penikmat musik dan para musisi maupun penyanyi pujaan mereka, tetapi juga dapat menjadi penggerak roda ekonomi warga.

Negeri jiran Singapura telah merasakan efek dari apa yang diistilahkan sebagai swiftonomics, yakni pengaruh ekonomi yang ditimbulkan dari penyelenggaraan konser Taylor Swift. Manggungnya penyanyi beken asal Amerika Serikat di Negeri Singa ini telah ikut menggerakkan roda perekonomian negara itu.

Ditaksir, konser Taylor Swift di Singapura telah memberikan keuntungan bagi negara tersebut antara US$260,3 juta hingga US$371,9 juta atau sekitar Rp4,09 triliun hingga Rp5,84 triliun. Menyusul Taylor Swift, April mendatang, Bruno Mars giliran menggelar konser di Singapura. Kabarnya, Singapura juga sedang mengupayakan agar Beyonce dapat segera tampil di negeri itu.

Tak perlu diragukan, gelaran konser musik dapat membuka peluang bagi peningkatan bisnis warga lokal. Saat konser musik digelar, apalagi yang berskala internasional, ribuan orang akan berduyun-duyun ke area di mana tempat pertunjukan musik itu dihelat. Sejumlah bidang usaha bakal terkena imbas positifnya.

Sebut misalnya, sektor perhotelan, restoran, transportasi hingga suvenir. Stimulasi ekonomi yang tercipta dari penyelenggaraan konser musik tentu saja dapat mengarah pada peningkatan aktivitas ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan juga kolaborasi serta jejaring antarelemen masyarakat.

Baca juga:  Menjaga Warisan Ekonomi Kebudayaan Bali

Di sisi lain, konser musik menciptakan pula rasa persatuan dan rasa memiliki di antara para penikmat konser mengingat mereka hadir untuk sama-sama menikmati dan mengapresiasi karya musik yang disajikan oleh artis pujaan mereka. Tak pelak, sebagai sebuah sajian pertunjukan, konser musik bukan saja menjadi sebuah ajang apresiasi musik, yang mempertemukan para penikmat musik dengan para musisi maupun penyanyi pujaan mereka. Namun, lebih dari itu, ia dapat menjadi sarana untuk turut menggerakkan sektor-sektor lainnya. Sebut misalnya, sektor pariwisata.

Bagaimanapun, dewasa ini, penyelenggaraan konser musik telah menjadi salah satu elemen penting dalam industri pariwisata. Faktanya, selain sebagai wahana untuk hiburan dan ajang apresiasi musik, konser musik juga menjadi wahana bagi pengembangan dan pemasaran pariwisata.

Sebagai salah satu negara yang sedang berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, Indonesia tentu saja memiliki kepentingan untuk senantiasa menjadi salah satu magnet tujuan wisata dunia. Oleh sebab itu, penyelenggaraan konser-konser musik yang berskala internasional di Indonesia dapat dijadikan instrumen ampuh dalam memperbesar peluang agar negeri ini semakin banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.

Baca juga:  Di Tengah Pandemi, Badung Tak Bisa Hanya Andalkan Pariwisata

Seperti kita ketahui, pemerintah Indonesia, lewat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), menargetkan 14,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman di tahun 2024 ini.  Apabila target itu terpenuhi, maka sektor pariwisata kita diproyeksikan bakal menghasilkan devisa sebesar Rp280 triliun dengan menyerap sekitar 12,6 juta tenaga kerja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 lalu, tingkat kunjungan wisman ke  negara kita mencapai 11,6 juta kunjungan. Jumlah tersebut memang meningkat dua kali lipat dibanding tahun 2022 yang tercatat sebanyak 5,88 juta kunjungan.

Maka, dalam konteks inilah, helatan konser musik yang berskala internasional diharapkan bakal turut berkontribusi penting bagi jagat kepariwisataan kita. Dengan adanya konser-konser musik yang berskala internasional yang digelar di daerah-daerah di luar Jawa diharapkan kawasan-kawasan lain di negeri ini bakal lebih dikenal dan banyak dikunjungi para wisatawan mancanegara, sehingga dampak kucuran ekonominya dapat lebih dirasakan secara langsung oleh kawasan-kawasan itu.

Selain dapat memaksimalkan peluang agar terciptanya peningkatan kunjungan wisatawan asing, konser musik yang berskala internasional bisa mendorong terbentuknya kolaborasi antarwarga, meningkatkan persahabatan dan komunikasi secara mutual, merayakan keberagaman budaya, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, memajukan seni dan budaya lokal, menarik investasi dan melakukan regenerasi sosial, ekonomi maupun lingkungan.

Baca juga:  Revitalisasi Moral Pancasila

Karenanya adalah penting bagi insan-insan kreatif, baik itu dari kalangan pemerintah maupun swasta di negeri ini, untuk memetakan potensi serta menakar secara jeli ihwal konser-konser musik internasional macam apa yang kiranya dapat digelar, ditonjolkan, dan dikembangkan di daerah-daerahnya masing-masing.

Kendatipun demikian, beberapa dampak negatif dapat muncul pula dari penyelenggaraan konser musik. Misalnya, meningkatnya kemacetan lalu-lintas, bertambahnya volume sampah, melonjaknya tingkat polusi suara dan polusi visual, meningkatnya tindak kriminalitas, serta menurunnya citra dan reputasi daerah tujuan wisata terutama ketika konser musik yang dihelat tidak berjalan sesuai dengan harapan.

Untuk itu, setiap konser musik yang digelar hendaklah senantiasa dipersiapkan secara matang dan seksama sehingga mampu benar-benar memberi nilai tambah positif bagi kemajuan industri pariwisata kita dan juga berkontribusi bagi meningkatnya kesejahteraan warga negeri ini.

Penulis, Kolumnis dan Bloger

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *