Peternakan ayam petelur di Desa Tiga, Susut, Bangli (BP/Ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Peternak ayam petelur di Bangli menjerit dengan kenaikan harga jagung yang terjadi sejak bulan lalu. Jagung yang menjadi komponen utama pakan ayam petelur itu harganya melambung dari Rp 5 ribu per kilogram menjadi Rp 9.200 per kilogram. Sebaliknya, harga telur ayam mengalami penurunan.

Kadek Budiartawan peternak ayam petelur di Desa Tiga, Susut mengaku bahwa kenaikan harga jagung yang mencapai 50-70 persen sangat memberatkan peternak. Dengan naiknya harga jagung otomatis membuat biaya produksi jadi membengkak. “Sejak saya jadi peternak, baru kali ini harga pakan saya rasakan paling tinggi. Sebelumnya tidak pernah harga jagung sampai Rp 9 ribu,” ungkapnya ditemui Selasa (23/1).

Baca juga:  Ratusan Naker Migran Pulang dengan Rute Doha-Denpasar

Yang semakin membuat peternak menjerit, di tengah kenaikan harga pakan, harga telur ayam justru mengalami penurunan. Budiartawan mengungkapkan saat ini harga telur ayam per satu trai di kisaran Rp 47-48 ribu. Turun dari harga sebelumnya Rp 55 ribu. “Jadi kalau dibandingkan dengan kenaikan salah satu komponen pakan (jagung) yang naiknya drastis itu, HPPnya sudah tidak masuk. Sudah rugi,” ujarnya.

Budiartawan mengungkapkan, selama ini jagung yang menjadi komponen utama pakan ternak ayam petelur seratus persen didatangkan dari luar Bali, seperti daerah Sumbawa dan Lombok. Kenaikan harga jagung menurutnya terjadi akibat pengaruh cuaca. Kemarau panjang yang terjadi tahun lalu membuat pertanian jagung banyak gagal panen. Meski saat ini sudah mulai musim hujan, produksi jagung masih belum maksimal. “Jagung menjadi satu-satunya bahan pakan ayam petelur yang tidak bisa disubstitusi atau diganti dengan bahan lain. Kalau diganti akan berpengaruh terhadap produksi dan kesehatan hewan. Dan itu akan menimbulkan kerugian lebih besar lagi bagi peternak,” jelasnya.

Baca juga:  Papan Nama TSM Terbakar

Agar para peternak ayam petelur bisa bertahan, ia sangat berharap adanya intervensi pemerintah pusat terkait ketersediaan bahan baku pakan ternak ayam petelur terutama jagung. Pemerintah, menurutnya harus punya cadangan atau stok untuk menstabilkan harga saat terjadi gejolak harga jagung di pasaran. “Jadi ketika ada anomali produksi di petani terkait jagung, pemerintah sudah bisa langsung intervensi sehingga harga jagung tidak melambung tinggi seperti sekarang. Ibarat orang sakit, pada saat sakit disiapkan obatnya. Peternak itu treatmennya harus instan. Begitu kejadian harus sudah ada solusi. Kalau tidak seperti itu, kita berat,” pungkasnya. (Dayu Swasrina/Balipost)

Baca juga:  Harga Anjlok, Peternak Ayam Petelur di Getasan Merugi

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *