Tradisi Munjung Masih. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Masyarakat Kabupaten Buleleng pada Buda Kliwon Wuku Sinta merayakan Hari Suci Pagerwesi secara khusuk. Selain persembahyangan, salah satu tradisi yang dilaksanakan saat Pagerwesi adalah munjung ke setra. Keberadaan tradisi yang turun temurun inipun dipastikan masih Lestari hingga saat ini.

Seperti yang terlihat di Setra Desa Adat Buleleng Rabu (21/12). Nampak beberapa orang, berada ditengah makam sanak saudara mereka yang sudah meninggal dunia. Mereka datang dengan sesajen punjung. Tradisi munjung tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Adat Buleleng, sejak zaman dahulu.

Salah satunya,Jro Mangku Gede Nyoman Sudiarta asal Kelurahan Banjar Jawa,Kecamatan Buleleng. Ia bersama sanak saudara lainnya melakukan punjung terhadap salah satu keluarganya yang meninggal pada tahun 2022 lalu. Berbagai kesukaan sesajen yang disukai keluarga yang sudah meninggal pun ia bawa. “ Ini sudah rutin kita laksanakan setiap hari raya, tidak hanya pagerwesi. Melainkan Hari Raya Galungan dan Kuningan juga kita laksanakan,”terang Jro Mangku Sudi.

Baca juga:  Soal "Nyengker Setra"

Bahkan Menurut Jro Mangku Sudi, tak jarang, warga yang munjung membawa makanan lebih banyak agar dapat dibagi-bagi dengan anggota keluarga lainnya setelah menghaturkan banten punjung.” Sajen punjung itu, sebelumnya akan dihaturkan terlebih dahulu sebelum krama biasanya menyantap sayur, buah dan daging yang ada di banten tersebut secara suka cita di kuburan,”pungkasnya.

Ditempat yang sama, Kelian Desa Adat Buleleng, Nyoman Sutrisna menjelaskan antusias krama untuk melaksanakan tradisi munjung masih sangat tinggi. Bahkan dari 14 Banjar Adat yang ada di Desa Adat Buleleng, salah satu wewidangan yakni Banjar Jawa masih memiliki keyakinan apabila meninggal dunia, harus mekingsan ring pertiwi atau dikubur terlebih dahulu.” Kita akui, sebagian besar merupakan krama yang ada di wewidangan Banjar Jawa. Mereka yang masih tetap menjaga tradisi ini. Saya meyakini tradisi ini akan tetap ada,” tandas Sutrisna.

Baca juga:  Warga di KRB III Mulai Ngungsi, Warga di Sini Pilih Tetap Bertahan di Desa 

 

Meski begitu, Sutrisna mengakui, tradisi munjung belakangan ini memang lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini lantaran sebagian besar Krama lebih memilih untuk mempercepat proses pengabenan. Apalagi saat ini, Krama lebih memilih melalui sarana kremasi di Setra Desa Adat Buleleng dengan biaya yang lebih murah.

Bahkan tradisi munjung tidak hanya dilakukan di Setra Desa Adat Buleleng. Taman Makam Pahlawan Curastana juga ramai dengan masyarakat yang melakukan munjung. Mereka menghaturkan sesajen atau banten punjung kepada para pahlawan yang gugur di medan pertempuran. (Nyoman Yudha/Balipost)

Baca juga:  10 Subak Tolak Pipanisasi dari Bendungan Benel
BAGIKAN