Persembahyangan -Bupati Karangasem I Gede Dana saat melakukan persembahyangan serta penebaran benih ikan saat Hari Raya Tumpek Uye/Tumpek Kandang di Pura Pesucian Kahyangan Jagat Toyasah, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Sabtu (21/10). (BP/Ist)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Karangasem yang dipimpin Bupati Karangasem I Gede Dana melaksanakan persembahyangan serangkaian Perayaan Hari Tumpek Uye secara yang dilaksanakan di Pura Pesucian Kahyangan Jagat Toyasah, Desa Muncan, Kecamatan Selat, pada Sabtu (21/10). Selain melaksanakan persembahyangan, juga dilakukan aksi nyata yakni resik sampah plastik yang dilaksanakan di 11 desa yang merupakan alur Sungai Telaga Waja, pada Minggu (22/10).

Bupati Karangasem, I Gede Dana, mengungkapkan, perayaan hari Tumpek Uye atau Tumpek Kandang ini tidak saja dilakukan secara niskala melalui persembahyangan di Pura Pesucian Kahyangan Jagat Toyasah, Desa Muncan. Bahkan dalam persembahyangan yang dihadiri sejumlah tokoh diantaranya, Gubernur Bali Periode 2018-2023 Wayan Koster,serta tokoh Masyarakat lainya. “Selain Persembahyangan, kami juga melaksanakan penebaran bibit ikan, pelepasliaran burung ke alam bebas,” ujarnya,Minggu (22/10).

Baca juga:  Mengoptimalkan Peran Desa Adat Atasi Pandemi

Bupati Gede Dana mengatakan, upacara Tumpek Uye atau Tumpek Kandang merupakan salah satu media bagi umat Hindu untuk lebih mendekatkan lagi kepada sang pencipta, serta memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui pemeliharaan atas ciptaan-Nya berupa binatang ternak atau peliharaan.

“Saat perayaan Tumpek Uye ini, kita umat Hindu memuja keagungan sang pencipta sebagai Siva atau Pasupati, yang memelihara semua makhluk di alam semesta ini. Pemujaan ini diwujudkan dengan memberikan upacara selamatan terhadap semua bintang, khususnya binatang ternak atau piliharaan,” ujar bupati

Baca juga:  Antisipasi Gunung Agung, PVMBG Tambah Seismograf di Luar 12 KM

Menurut Gede Dana, upacara tersebut bermakna untuk menjaga kesucian dan kelestarian danau serta sumber-sumber mata air yang merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia dan alam. Dikatakannya, upacara di sumber mata air ini merupakan perwujudan rasa hormat sebagai umat Hindu terhadap pusat sumber mata air tawar. Selain dilaksanakan secara Niskala berupa persembahyangan, pihaknya juga melaksanakannya secara skala dengan melakukan aksi mereresik sampah plastic di alur Sungai Telaga Waja. “Kegiatan mereresik serentak dilaksanakan di 11 lokasi berbeda di tiga kecamatan yakni kecamatan Selat, Sidemen, dan Rendang,” katanya.

Dia menjelaskan, dipilihnya alur Sungai Telaga Waja, menurut Bupati, Sungai ini mengalir di sekitar 11 desa sehingga menjadi fokus utama dari pembersihan sampah plastik yang mengganggu kelestarian alam. Tidak hanya itu, kegiatan juga dilanjutkan dengan menanam 1000 bibit pohon, diantaranya bibit mangga, manggis, cempaka, durian, dan alpokat, sebagai investasi dalam keberlanjutan alam, menjaga kelestarian lingkungan serta harapan masa depan yang lebih hijau di Kabupaten Karangasem.

Baca juga:  Dari Hujan Es Landa Desa Serai hingga Kematian di 3 Negara Ini Naik

“Semua bergotong-royong membersihkan lingkungan desa, terutama di sekitar sungai, guna menjaga aliran sungai agar tetap lancar, menjauhkan risiko banjir, dan menjadikan Karangasem lebih indah. Kebersamaan dan kesadaran lingkungan ini adalah cerminan nyata dari semangat Tumpek Uye, yang tidak sekedar merayakan, tetapi juga menginspirasi tindakan positif bagi alam dan masyarakat Karangasem,” jelasnya. (Adv/Balipost)

BAGIKAN