Suasana puncak Danu Kerthi di Batur, Bangli yang digelar Sabtu (14/10). (BP/eka)

BANGLI, BALIPOST.com – Puncak Karya Agung Danu Kerthi, Tawur Agung Labuh Gentuh, Meras Danu lan Gunung, Bhakti Pakelem ring Segara lan Puncak Gunung Batur, Mapaselang lan Mapadanan dilangsungkan bertepatan dengan Tilem Kapat (bulan mati), Sabtu (14/10). Upacara pakelem kali ini pelaksanaannya sama dengan 1919 atau seabad silam dengan dipuput 11 sulinggih.

Ritual pemuliaan Danau Kerthi ini dipersiapkan sejak 2 September lalu, itu terdiri atas tiga kegiatan utama, yakni Tawur Agung Labuh Gentuh, Mapakelem di Puncak Gunung dan Danau Batur, serta Mapaselang.

Tawur Labuh Gentuh yang digelar di areal utama mandala Pura Segara Ulun Danu Batur. Ritual itu dipuput Ida Pedanda Gde Putra Bajing Griya Tegaljingga, Denpasar; Ida Pedanda Gde Putra Kekeran, Griya Blahbatuh, Gianyar; Ida Pedanda Rai Griya Pidada Sengguan, Klungkung; Ida Pedanda Budha Griya Saraswati, Batuan, Gianyar; Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Putra Daksa, Griya Agung Lingga Acala, Calo, Gianyar; dan Jero Gede Sengguhu Tumburuwasa, Griya Jero Gede Sengguhan, Lambing, Badung.

Tawur Agung Labuh Gentuh dengan menggunakan sarana-sarana wewalungan (binatang) seperti kerbau, sapi, luwak, manjangan, anjing bangbungkem, kijang, petu, babi butuan, kambing, angsa, banyak, bebek belang kalung, bebek bulu sikep, dan berbagai jenis ayam menurut warna.

Baca juga:  Puncak Karya Ngusaba Kadasa Pura Ulun Danu Batur Berlangsung 24 Maret 2024

Selanjutnya, pakelem di puncak Gunung Batur dilaksanakan di dua tempat, yakni Pucak Kawanan Gunung Batur dan Pucak Kanginan Gunung Batur (kawah utama). Upacara tersebut dipuput Ida Pedanda Gde Ngurah Keniten, Griya Kediri, Sangeh, Badung; Ida Pedanda Gde Made Rai Keniten, Griya Denpasar; dan Ida Pedanda Budha Griya Gunung Sari, Ubud.

Pada saat Mapaselang, upacara dipuput pula oleh empat orang sulinggih yakni Ida Pedanda Oka Buruan, Griya Sandingsuta Manik Manuaba, Pejeng, Gianyar; Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang, Griya Buduk, Badung; Ida Pedanda Rai Griya Pidada Sengguan, Badung; Ida Pedanda Istri Karang, Griya Sibetan.

Manggala Karya yang juga Jero Gede Batur mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang turut membantu pelaksanaan upacara. Ia menuturkan upacara Danu Kerthi merupakan ritual yang diamanatkan para panglingsir Batur sebagai cara untuk memuliakan dan berterima kasih pada alam, khususnya Danau Batur.

“Upacara Danu Kerthi termuat dalam Rajapurana Pura Ulun Danu Batur, khususnya pada lontar Pratekaning Usana Siwa Sasana. Pada tahun ini kami menggunakan pola yadnya seperti 104 tahun yang lalu, yakni pada tahun 1919, di mana pakelem di danau menggunakan 3 ekor kerbau dan 1 ekor babi seharga 1.000,” kata Jero Gede Batur.

Baca juga:  Ini, Penyebab Cuaca Panas Menyengat Landa Bali

Sebagai bentuk bakti kepada Ida Bhatari, pelaksanaan upacara berlangsung secara gotong royong. Masyarakat adat Batur bersama Batun Sendi Ida Bhatari Sakti pun bekerja secara kolaboratif untuk menyukseskan yadnya. Adapun upacara pakelem ke puncak masyarakat adat Batur dibantu oleh Desa Adat Sekardadi (Pucak Kanginan Gunung Batur) dan Desa Adat Buahan (Pucak Kawanan Gunung Batur). Sementara itu, masyarakat Batur bersama Batun Sendi Batur yang lain fokus di titik upacara di Pura Segara Ulun Danu Batur.

Pada saat pakelem di tengah segara turut dilaksanakan ritual nuwur tirtha amreta oleh masyarakat Batur, yang diikuti Penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya; Gubernur Bali 2018-2023, Wayan Koster; Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta; Dirjen Bimas Hindu, Prof. Dr. I Nengah Duija; dan lain-lain.

Upacara Danau Kerthi tersebut juga dihadiri panglingsir puri Ubud, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. Tokoh Puri Ubud yang biasa disapa Cok Ace mengatakan bahwa Karya Agung Danu Kerthi ini merupakan salah satu bentuk dalam menjaga keseimbangan alam. Ini tertuang pada visi pemerintah Provinsi Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Menjaga keseimbangan alam Bali secara sekala dan niskala. “Ring sekalane sampun, dengan penghijauan, mengadakan pembersihan danau. Niskalane, niki mangkin kemargiang antuk yadnya,” terangnya usai ritual.

Baca juga:  Denpasar Kembali Jadi Penyumbang Kasus COVID-19 Baru Terbanyak, Sama dengan Kabupaten Ini

Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu, Prof Dr I Nengah Duija mengatakan ritual Danu Kerthi yang menggunakan sarana kerbau dan babi sebagai sarana upacara adalah upaya mengembalikan harmonisasi alam semesta. “Bahwa selama sekian tahun yang lalu, 100 tahun lalu tentu sudah mengalami kekurangan unsur atau kelebihan unsur. Dalam konsep Hindu, inilah yang disebut alam yang netral, ketika semua unsur ini tidak ada yg melebihi dan kurang. Hari ini kita menyaksikan ritual, di mana siklus ritual, menjadi momen penting bahwa alam semesta harus disempurnakan supaya lebih sempurna,” paparnya.

Mantan Rektor IHDN Denpasar ini mengatakan bahwa pakelem bukan ritual membuang-buang binatang, tetapi binatang yang dikurbankan telah diberikan penyucian lebih dulu dan jiwa-jiwa dari binatang yang dipersembahkan sudah disucikan, sehingga perjalanan sang roh akan sempurna ketika lahir kembali. “Siklus inilah sebuah netralitas, jika kita bicara Hindu. Kita ucapkan terima kasih pada umat Hindu, khususnya yang di Batur karena sudah bisa melakukan upacara sebuah kesucian di segara ini, sebagai huluning Pulau Bali. Kalau kepala sudah bersih, astungkara aliran darah ke bawah akan bersih,” paparnya. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN