Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri didampingi Gubernur Bali, Wayan Koster saat memberi arahan pada Seminar Haluan Pembangunan Bali Masa Depan “100 Tahun Bali Era Bali Tahun 2025-2125” di The Trans Resort Bali, Jumat (5/5). (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri membuka secara resmi Seminar Haluan Pembangunan Bali Masa Depan “100 Tahun Bali Era Bali Tahun 2025-2125” di The Trans Resort Bali, Jumat (5/5). Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PDI Perjuangan ini yang didampingi Gubernur Bali, Wayan Koster berkesempatan memberikan arahan terkait Haluan Pembangunan Bali Masa Depan “100 Tahun Bali Era Baru Tahun 2025-2125” kepada 300 orang peserta seminar.

Acara dihadiri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI, Suharso Monoarfa, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, Wakil Menteri Dalam Negeri RI, Kepala BRIN RI, dan Pejabat Eselon I Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional RI, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan.

Mengawali arahannya, Megawati Soekarnoputri menuturkan alasannya mendorong Gubernur Koster untuk membuat roadmap Bali 100 tahun ke depan. Selain karena diperintahkan oleh Presiden Jokowi, ide ini juga muncul untuk mengembalikan jati diri Bali seutuhnya.

Agar Bali memiliki harkat dan martabat seperti yang sudah terbentuk sejak dulu. Sehingga, bagaimana pembangunan Bali 100 tahun ke depan dirancang dari sekarang.

Diceritakan, pada saat pertama kali ia diajak ke Bali oleh ayahanda, Ir. Soekarno pada tahun 1954/1955, ia melihat Bali sangat sejuk dan hangat. Bahkan, sepanjang perjalanan dari Denpasar menuju Tampaksiring, Gianyar terlihat padi-padi menguning dan sayup-sayup suara seruling dan nyanyian weda.

Saat itu, Megawati juga kagum dengan kehidupan orang Bali yang selalu berhati lurus dan jujur. Hal itu dapat dilihatnya ketika petani menjemur padinya di pinggir jalan, namun tidak dicuri.

Namun, situasi dan kondisi seperti itu saat ini sudah tidak terlihat lagi. Oleh karena itu, Megawati meminta agar para akademisi di Bali untuk mulai menyentuh dan memberikan solusi secara ilmiah terkait permasalahan ini.

Baca juga:  Ini Rincian Tambahan 8 Pasien Positif COVID-19 Per 27 Mei

Selain itu, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini juga menyoroti tingkah laku wisatawan asing (Wisman) yang belakangan ini viral di media sosial. Ia mengaku geram melihat tingkah laku wisman yang tidak patuh pada adat istiadat dan budaya Bali yang ada. Apalagi, 1/4 jiwa Megawati adalah orang Bali. Karena neneknya berasal dari Kabupaten Buleleng, Bali.

“Saya bilang sama Koster, kamu itu jangan enak-enakan ya, mentang-mentang kamu jadi orang Bali, mau kamu apakan orang Bali. Bingung toh, kalau sudah digitukan pasti diam. Coba, saya saja melihat viral, ketika Nyepi itu orang asing seenaknya sendiri, dipikirnya mereka siapa?. Saya kan melihat Pecalang yang saya anggap polisi adat, sudah bilang (memberi tahu,red) dari halus sampe ikut marah-marah. Saya bilang, sombong sekali orang asing ini, bukan saya anti asing lho, ndak,” ujar Megawati Soekarnoputri, Jumat (5/5).

Megawati mencontohkan Negara Singapura dan Jepang yang mesti bersih dan tidak boleh ada sampah. Sehingga, siapapun yang berwisata ke sana harus mentaati aturan tersebut. Hal ini mestinya diterapkan di Bali. “Makanya, itu yang saya bilang, gak bisa Koster kamu selagi menjadi Gubernur kamu mesti menjabarkan ide ini, ide 100 tahun Bali ke depan itu mau diapakan? Kan banyak orang pintar, suruh ngomong, suruh ngomong. Nanti saya bantu melalui BRIN apa yang diperlukan,” tandas Megawati.

Baca juga:  Jelang Gala Dinner KTT G20, Akses Masuk GWK Mulai Disterilkan

Megawati berpesan agar orang Bali tidak menerima perilaku orang asing yang tidak taat pada aturan, adat isitiadat, dan budaya Bali begitu saja. Ia saja yang gennya hanya 1/4 orang Bali tidak mau menerima perlakuan orang asing yang tidak memiliki tata cara dan kehormatan terhadap Bali. “Saya ini alhamdulilah, mungkin rejeki, 2/3 dunia sudah saya jajaki. Sama saja, ternyata kalau ada orang asing datang ke negara mereka, itu mintanya orang asing minta agar tau tata krama negara mereka. Bukan kebalikan,” tutur Megawati.

Apabila orang Bali tidak bisa menjaga adat istiadat dan budaya Bali, dikhawatirkan Bali akan menjadi Hawaii. Dimana, pada saat ia berkunjung ke Hawaii pada tahun 1980an, Hawaii mirip dengan Bali. Namun, kini sudah tidak seperti pada tahun 1980an.

Jangan sampai Bali yang kental dengan seni dan budayanya hilang begitu saja karena tergerus dampak pariwisata. “Saya juga marah sama beliau (Gubernur Koster, red), sudah berhenti itu bikin hotel-hotel. Iya lah, saya hanya mau rakyat Bali itu menjadi sejahtera, makmur seperti yang saya lihat ketika saya waktu kecil bisa dengar suling,” tegas Megawati.

Megawati menegaskan jangan hanya karena ingin menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia, adat istiadat dan aturan yang ada di Bali seenaknya dipermainkan oleh orang asing. Bahkan, ia sempat berbicara kepada Presiden Jokowi agar Bali dijaga betul. “Ketika mau dibuat yang namanya Bandara lagi di Buleleng, saya ngomong sama beliau (Presiden Jokowi,red), ndak, ini warga negara Bali saya bilang. Kalau bapak mau bikin saya akan protes nomor satu. Why?, karena itu hanya kehidupannya bagi kalangan menengah ke atas, tidak bagi masyarakat Bali. Eh gak jadi, rupaya lumayan juga ada yang takut sama saya,” tandas Ketua Dewan Pengarah BPIP ini.

Baca juga:  Pandemi, Kesadaran Masyarakat akan Higienitas dan Kebersihan Meningkat

Terkait maraknya pembangunan hotel di Bali, Megawati meminta agar pembangunan hotel di Bali di stop. Caranya, perketat ijin pembangunan hotel seperti yang dilakukan di London, Paris, Swiss dan Austria. Apalagi, hotel yang tidak banyak memberi kontribusi terhadap Bali. “Saya tidak anti perubahan zaman, tetapi ada pakem-pakem yang gak punya orang lain,” ujarnya.

Megawati berpesan agar orang Bali tidak terpesona kepada wisatawan asing. Apalagi hingga menyingkirkan keberadaan orang Bali. Ia mencontohkan, orang Betawi di Jakarta. Dulu orang Jakarta adalah orang Betawi. Namun, karena terpesona dengan wisatawan asing, hingga lupa diri dan tersingkirkan.

Pada kesempatan ini, Megawati juga meminta agar Bali berhenti mengkonversi tanah subur melalui Peraturan Daerah (Perda). Menurutnya, tanah Bali sangat subur. Sehingga, mestinya pertanian Bali harus dikembangkan untuk mampu menghidupi masyarakat Bali.

Sedangkan, tanah-tanah yang tandus mestinya dikaji kembali pemanfaatannya. Sehingga, 100 tahun ke depan bisa bermanfaat untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Bali.

Itulah sebabnya, Megawati meminta Gubernur Koster untuk membuat konsep Haluan Pembangunan Bali Masa Depan “100 Tahun Bali Era Baru Tahun 2025-2125” ini. Tujuannya agar kearifan lokal Bali tetap menjadi roh pembangunan Bali ke depan. Apalagi, Bali lebih terkenal dibandingkan Indonesia. (Winatha/balipost)

BAGIKAN