Kepala BKKBN Hasto Wardoyo. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Orangtua diminta untuk tidak coba-coba memberikan makanan asing, seperti kopi pada balita karena dampak buruknya. Hal ini dinilai konyol karena anak bukan untuk uji coba.

“Menurut saya memberikan teh atau kopi pada balita merupakan kekonyolan tersendiri. Anak bukan untuk uji coba. Jangan pernah coba-coba pada anak, hamil juga jangan coba-coba,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (25/1).

Hasto menekankan, kopi mengandung kafein yang dapat mencegah orang dewasa untuk tidak mengantuk. Sementara minuman manis lain seperti teh, cenderung mengandung banyak zat teofilin.

Baca juga:  Dua Zona Merah Sumbang Korban Jiwa COVID-19 Terbanyak, Pasien Termuda Usia 11 Bulan

“Bila diberikan pada balita dan bayi, kandungan tersebut dapat betul-betul berbahaya karena memiliki efek yang mengganggu penyerapan mikronutrien, zat besi hingga vitamin dari tiap makanan yang dikonsumsi oleh anak. Terlebih adanya rasa manis dikhawatirkan membuat anak menjadi kecanduan,” katanya.

Hasto mengingatkan balita bukan objek untuk melakukan uji coba saat orang tua baru mempelajari sesuatu seperti pemberian asupan gizi anak yang baik.

Ia juga meminta pada setiap pihak yang bukan seorang ahli di bidangnya untuk berhenti memberikan contoh atau edukasi yang menyesatkan melalui platform media sosial. Dirinya menilai selama sebuah hal belum mempunyai rekomendasi dari ahlinya dan tidak ada bukti nyata, hal tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya dan tidak baik untuk diberikan dalam pengasuhan.

Baca juga:  Atasi Stunting, BKKBN Luncurkan "Akademi Keluarga Hebat Indonesia"

“Harus dengan ilmu dan bagi yang bukan ahlinya tolong jangan ngarang menyebarkan edukasi yang salah. Kami yang ahli saja suka tidak berani berbicara,” katanya.

Guna mencegah hoaks terkait gizi anak semakin marak, salah satu upaya yang dibangun BKKBN adalah membuat Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat). Tujuannya untuk mengurangi konsumsi makanan siap saji dan menggencarkan edukasi mencegah stunting dengan mengolah produk lokal menjadi menu sehat.

Misalnya dalam mengolah daun kelor, Dashat memperlihatkan pengolahannya yang baik dengan hanya memanfaatkan daunnya. Bisa pula pengolahan tekstur makanan berdasarkan usia anak di rumah. “Satu sebagai edukasi, kedua sebagai memenuhi kebutuhan konsumsi dalam arti ketika dia mengalokasikan anggaran desanya untuk stunting kemudian desa memberikan produk lokalnya untuk dimasak supaya bisa dilihat dan dibagikan ke masyarakat,” ujarnya.

Baca juga:  Tangani Stunting, Gubernur Koster Ajak BKKBN Bersinergi

“Jadi Dashat berguna untuk edukasi dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dari program yang ada,” kata Hasto.

Sebelumnya melalui aplikasi tiktok, terdapat video seorang bayi yang diberikan kopi susu sachet oleh ibunya. Sang ibu beranggapan jika kopi susu mempunyai kandungan susu sebenarnya, dibandingkan dengan kental manis. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN