Pura Beji Amerta Gangga yang dikenal dengan Beji Bulakan Kembar akan dijadikan wisata religi untuk pangelukatan. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Pandemi Covid-19 sebelumnya telah menghantam sektor pariwisata di Bali. Bahkan potensi wisata alam yang tengah coba dihidupkan di masing-masing desa juga terdampak. Meski demikian, desa didukung oleh desa adat di wilayahnya masih terus berupaya menjaga potensi keindahan alam yang dimiliki.

Dengan harapan jika pandemi berakhir, mereka bisa
melanjutkan kembali konsep wisata desa tersebut
lantaran sebelumnya dapat membantu bangkitnya
ekonomi masyarakat. Seperti di Desa Adat Kelecung,
Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur,
Tabanan yang memiliki potensi wisata spiritual yang
kini terus dikembangkan.

Keberadaan Pura Beji Amerta Gangga, di Banjar Kelecung Kelod, Desa Tegalmengkeb, tentu sudah sangat dikenal masyarakat luas. Karena di lokasi ini terdapat bulakan kembar sebagai lokasi nunas
tirta untuk piodalan, pangelukatan bahkan juga dipercaya untuk pengobatan.

Baca juga:  Diapresiasi Gubernur, Pembuatan Ogoh-ogoh Gunakan Bahan Ramah Lingkungan

Guna mendukung keberadaan desa wisata di Desa
Tegalmengkeb, areal Pura Beji dilakukan penataan. Menariknya, dalam penataan tersebut kini dilengkapi sembilan patung Dewata Nawa Sanga, salah satunya patung Dewa Siwa dengan ketinggian 23 meter.

Bendesa Adat Kelecung, I Nyoman Arjana, mengatakan
konsep pengelolaan masih akan dilakukan kajian seperti apa nantinya karena tentunya yang bisa diharapkan meningkatkan perekonomian masyarakat desa adat setempat. “Sistemnya, niskala untuk adat dan di sekala untuk wisata spiritual. Manajemen bekerja sama dengan yayasan akan dibentuk badan pengelola dan dikaji terlebih dahulu. Bisa saja digelar festival seni
budaya di sini karena adanya kawasan ini mendukung
desa wisata di Tegalmengkeb nantinya,” tuturnya.

Baca juga:  Hapus Stigma Rusak Pertanian, Pelaku Pariwisata Gandeng Petani hingga Industri Ekraf

Pura Beji Amerta Gangga dengan keunikan dua bulakan
atau lebih dikenal bulakan kembar ini, awalnya dalam
kondisi kurang tertata akibat tergerus abrasi. Pasalnya,
lokasi Bulakan yang sangat disakralkan umat Hindu ini berlokasi tepat di pinggir Sungai Yeh Matahan. Hingga akhirnya Yayasan Sahaja Sawah terpanggil untuk membantu dalam hal penataan.

Fokus penataan untuk melestarikan keberadaan beji
(ngajegang Pura Beji), termasuk wisata religi (pangelukatan) dan budaya center yang dikemas dengan keberadaan panggung untuk pementasan
seni maupun budaya. Termasuk dalam penataan juga
dilengkapi patung Dewa Nawa Sanga.

Baca juga:  Desa Adat Bungkulan Komitmen Lestarikan Kesenian Sakral

Selain menjadi kawasan tempat suci, di lokasi ini juga
nantinya juga menjadi ajang edukasi. Karena di masing-masing patung terdapat deskripsi keterangan dari masing-masing patung. Termasuk juga adanya pancuran baik yang muncul dari tangan ataupun dari bunga teratai yang ada di patung Dewa Siwa dan delapan patung lainnya untuk tempat pangelukatan. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN