Masyarakat Banjar Adat Kebon, Desa Kertamandala, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem melaksanakan upacara keagamaan setiap 3 tahun sekali yang disebut Usaba Dangsil. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, masyarakat Banjar Adat Kebon, Desa Kertamandala, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem melaksanakan upacara keagamaan setiap 3 tahun sekali yang disebut Usaba Dangsil. Dangsil dalam hal ini adalah anyaman bambu dan kayu yang dibuat bertingkat dengan dihiasi jajanan dan juga beberapa hasil panen milik para petani.

Kelian Banjar Adat Kebon, I Nengah Gunawan, mengatakan, bahwa Usaba Dangsil dilaksanakan setiap 3 tahun sekali tepatnya Purnama Sasih Kelima. Nantinya Dangsil tersebut akan diarak keliling keliling Banjar dengan menyusuri sungai, persawahan hingga kebun milik warga.

Baca juga:  Dari Bakar Kasur hingga Miliaran Rupiah untuk Ribuan Penjor

“Dengan mengelilingi persawahan, kebun dipercaya akan membawa kesuburan sehingga hasil panen para petani yang dilewati saat arak-arakan Dangsil nantinya akan semakin melimpah dan tanah juga akan menjadi lebih subur,” ucapnya.

Gunawan, mengatakan, sebelum diarak keliling Banjar Adat Kebon, seluruh Dangsil tersebut terlebih dahulu dipelaspas atau diupacarai di depan Balai Banjar Kebon. Setelah itu baru diarak oleh seluruh masyarakat baik anak-anak, remaja bahkan orang tua.

Baca juga:  SE Gubernur Soal Endek Jadi Viral, Ini Kata Putri Suastini Koster

Arak-arakan dimulai dari depan Balai Banjar Kebon, kemudian setelah sampai di perempatan Culik kemudian putar balik setelah bertemu dengan persawahan, akan langsung turun dan arak-arakan dilanjutkan menyusuri persawahan, perkebunan bahkan aliran sungai.

“Jika saat arak-arakan ada tanaman jagung, padi bahkan yang lainnya rusak karena diinjak-injak, keesokan harinya kami percaya akan kembali tumbuh seperti semula bahkan nantinya menjadi lebih subur lagi, itu keajaibannya sehingga tradisi Usaba Dangsil ini sangat sakral,” kata Gunawan.

Baca juga:  Pengungsi di Bangli Tersisa 702 Jiwa

Dia menjelaskan, saat arak-arakan Dangsil tersebut, para pemundut atau yang mengarak Dangsil tersebut penuh dengan kegembiraan, bahkan sangat bersemangat, menerjang air sungai, sawah dan perkebunan warga yang tidak datar bahkan terlihat para perempuan juga ikut berbaur. “Setelah arak-arakan tiba di Pura Puri Tengah, Banjar Adat Kebon maka kembali dilaksanakan upacara sembari melaksanakan persembahyangan bersama,” imbuhnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN