Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berjalan menuruni tangga pesawat setibanya di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin (14/11/2022). Perdana Menteri Rishi Sunak tiba di Bali untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November mendatang. (BP/Antara)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung pada Senin (14/11) malam. PM Sunak disambut Menteri ESDM, Arifin Tasrif dan Gubernur Bali, Wayan Koster.

Perdana Menteri Rishi Sunak dijadwalkan mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November.

Selain Sunak, PM Italia, Giorgia Meloni juga sudah tiba di Bali. Meloni disambut Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dan Gubernur Koster.

Sebelumnya, Kedutaan Besar Inggris menyampaikan Sunak akan memaparkn lima rencana ekonomi pada forum internasional itu. “Perdana Menteri Sunak tiba di KTT G20 di Indonesia pada Senin untuk berdiskusi dengan negara-negara ekonomi terbesar dunia,” demikian menurut Kedutaan Besar Inggris.

Para pemimpin anggota G20 pertama kali bertemu pada krisis ekonomi 2008, dan melihat fakta bahwa sistem ekonomi internasional yang kompleks tidak dapat berfungsi tanpa aksi yang terkoordinasi dari negara-negara dengan perekonomian terbesar.

Baca juga:  Delhi "Lockdown," Pembukaan Pariwisata Bali untuk Wisman Tak Terpengaruh

Tahun ini, dunia akan kembali melihat G20 untuk memastikan kestabilan pasar internasional dan meringankan beban masyarakat termiskin dunia.

Menurut Kedubes Inggris, Sunak akan menyuarakan aksi global yang terkoordinasi untuk mengatasi ketidakstabilan perekonomian internasional dan menangani kenaikan biaya hidup pada KTT G20 pekan ini.

“Namun, mengatasi krisis ekonomi terbesar dalam dekade ini memerlukan usaha bersama dari negara dengan perekonomian terbesar dunia – ini bukanlah masalah yang bisa kita atasi sendiri,” kata Sunak, seperti disampaikan dalam keterangan tersebut.

Untuk itu, Sunak menetapkan lima rencana ekonomi untuk para pemimpin dunia guna mengatasi ketidakstabilan global, yang meliputi perubahan ke pasar energi global, suplai makanan internasional dan sistem keuangan dunia. Di bawah lima rencana ekonomi tersebut, Perdana Menteri Inggris akan meminta para anggota G20 untuk melakukan lima hal utama.

Baca juga:  Penari Rejang Sandat Ratu Segara Masih Alami "Trance," Guru Piduka Digelar di Pura Tanah Lot

Pertama, anggota G20 harus mengarahkan bantuan langsung pemerintah secara efektif ke orang-orang yang paling membutuhkan, baik di negara sendiri maupun secara internasional.

“Menciptakan sistem internasional yang stabil yang akan melindungi mereka yang paling lemah akan menjadi inti dari rencana ini,” kata Sunak, seperti disampaikan dalam keterangan tersebut.

Kedua, anggota G20 harus mengakhiri penggunaan produksi dan distribusi makanan sebagai “senjata” serta mengambil tindakan segera untuk mendukung perdagangan makanan global guna menurunkan biaya hidup bagi semua orang dan menyelamatkan mereka yang terancam kelaparan.

Ketiga, anggota G20 harus memperkuat keamanan energi dan mengurangi ketergantungan energi hanya pada sejumlah pihak, terutama melalui kerja sama dengan para mitra untuk membuka investasi yang dibutuhkan guna mempercepat transisi ke energi hijau.

Baca juga:  Triliunan Digelontorkan untuk Bantu Sektor Pariwisata Bali, Serapan Dana Hibah Masih Minim

Keempat, anggota G20 harus membuka perdagangan global, termasuk dengan meningkatkan persetujuan perdagangan bebas bilateral dan dengan reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Kelima, anggota G20 harus memberikan (bantuan) keuangan yang jujur dan transparan sehingga dapat diandalkan untuk membantu negara berkembang untuk tumbuh secara berkelanjutan serta memastikan sistem keuangan internasional memiliki daya yang dibutuhkan untuk membantu negara berkembang tumbuh tanpa adanya ketergantungan pada pemberi pinjaman.

Kelima rencana ekonomi itu menjadi bagian dari usaha Perdana Menteri Inggris untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan kepercayaan pada agenda pemerintahannya.

Hal itu juga berarti Inggris berupaya menjadi anggota (G20) yang konstruktif dan dapat diandalkan bagi perekonomian dunia dan menggunakan pengaruhnya untuk menciptakan sistem ekonomi internasional yang lebih kuat. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *