
TABANAN, BALIPOST.com – Pascaputus diterjang banjir bandang, Senin (17/10), warga yang hendak melintasi jalan utama Marga-Apuan harus mencari jalur alternatif yang jaraknya cukup jauh. Lelah menempuh rute panjang tersebut, sejumlah warga yang tergabung dalam relawan Sekaa Demen Banjar Cau, Desa Tua, Marga memasang jembatan darurat hasil swadaya masyarakat.
Pengerjaannya pun singkat, hanya butuh tiga hari. Dan setelah jembatan tersebut rampung terpasang, pada Jumat (11/11) dilaksanakan upacara pemakuhan (memakuh) dipuput oleh Jro Mangku Puseh, desa setempat.
Dari pantauan di lapangan, jembatan darurat itu memiliki panjang sekitar 18 meter dengan lebar satu meter lebih 20 centimeter. Jembatan itu terbuat dari pipa besi yang bagian atasnya dilapisi plat.
Bagian pinggirnya dilengkapi dengan sling agar aman untuk dilalui. Namun jembatan darurat ini hanya bisa dilalui sepeda motor dan pejalan kaki. Usai dilakukan upacara Pemakuhan, sejumlah kendaraan tampak sudah mulai melintas di jembatan tersebut.
Ketua Relawan Sekaa Demen Banjar Cau, Ketut Dingkrik menjelaskan proses pembuatan jembatan darurat ini dilakukan dengan target telah terpasang dalam waktu tiga hari. Bahkan dalam pengerjaan, masyarakat secara gotong royong melakukannya hampir 24 jam. Termasuk biaya pembuatan jembatan murni dari iuran sukarela masyarakat.
“Murni dari swadaya masyarakat, tidak ada pakai anggaran Pemerintah. Atas kemauan sendiri mereka kumpulkan mulai dari 50 ribu sampai jutaan juga ada, hingga terkumpul sekitar Rp50 juta, karena akses jalan ini sangat dinantikan masyarakat, dibandingkan mereka harus memutar jauh,” jelasnya.
Ia menambahkan anggaran yang digunakan untuk jembatan darurat ini senilai Rp35 juta. Sisa iuran digunakan untuk upacara dan lainnya.
Ketut Dingkrik memastikan meski sifatnya darurat namun kekuatan jembatan ini tidak perlu diragukan untuk dilintasi sepeda motor secara berderet. “Sepuluh kendaraan yang melintas bersamaan pun, saya jamin masih kuat,” ucapnya.
Terpisah, Perbekel Desa Tua, I Wayan Budi Arta Putra berharap jembatan darurat itu bisa memudahkan pergerakan masyarakat setempat saat jembatan permanen ambruk diterjang banjir Sungai Yeh Kajang. “Biar mudah masyarakat kami lalu lalang, karena saat ini di jalur alternatif juga tengah dilakukan perbaikan jalan, dan sudah ada batu kapur,” katanya.
Meski jembatan darurat telah tersedia saat ini, pihaknya tetap berharap pembangunan Jembatan Yeh Kajang yang permanen direalisasikan pemerintah. Apalagi Gubernur Bali, Wayan Koster, sempat meninjau kerusakan jembatan Yeh Kajang pascabencana pada 17 Oktober 2022.
“Kami tetap berharap jembatan permanen segera dibangun. Karena itu merupakan akses petani, siswa, dan masyarakat umum sehari-hari. Intinya jembatan itu salah satu penunjang kegiatan ekonomi warga kami,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)