Ratusan sorpa (pemuda) di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem mengikuti tradisi neruna. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Ratusan sorpa (pemuda) di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem mengikuti tradisi neruna beberapa waktu lalu. Tradisi ini dilaksanakan rutin setiap satu tahun sekali, pada saat rangkaian upacara Usaba Goreng, tepatnya di hari ke tiga rangkaian usaba atau disebut juga rahina parejangan sidumun.

Seperti namanya neruna, tradisi ini hanya diikuti oleh sorpa yang ada di Desa Adat Geriana Kangin. Sebelum melaksanakan tradisi ini, para sorpa terlebih dahulu berkumpul di Pura Puseh untuk mengikuti persembahyangan. Setelah itu para sorpa akan melaksanakan iringiringan mengelilingi wilayah desa adat dengan mundut atau membawa senjata nawa sanga berupa tombak dan kober (bendera) yang diiringi dengan gambelan baleganjur.

Baca juga:  "Nyejer" IBTK di Besakih Saat Wabah COVID-19, Pamedek Hanya Puluhan Orang Per Hari

Sementara sebagian sorpa mundut dan menabuh gambelan, sorpa lainnya membawa
keranjang dan menyebar masuk ke rumah-rumah warga untuk mengambil jajan yang
telah dipersiapkan oleh setiap warga didatangi. Jajan yang diambil kemudian dibawa dan
dikumpulkan di Pura Puseh.

Pada akhir rangkaian tradisi, jajan tersebut akan dibagikan kepada para sorpa yang mengikuti tradisi neruna tersebut. Selaku Kubayan Desa Adat Geriana Kangin, Jero Mangku Gede Nuragia menerangkan, tradisi neruna ini merupakan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun di Desa Adat Geriana Kangin yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada saat upacara Usaba Goreng.

Adapun tujuan dari tradisi neruna ini yakni untuk memperkenalkan lingkungan Desa Adat Geriana Kangin kepada generasi penerus agar mereka tahu sampai dimana batas-batas Desa Adat serta sebagai ajang silaturahmi sehingga mereka bisa mengetahui posisi rumah-rumah krama (warga) di Desa Adat Geriana Kangin. Di samping itu, melalui tradisi ini juga dijadikan oleh pendahulu sebagai ajang untuk menjalin silaturahmi dan memperkenalkan diri, karena
siapa tau saat mengunjungi rumah warga para sorpa bisa bertemu dengan jodohnya. “Terlepas dari melestarikan tradisi, ada hal yang paling penting dalam tradisi ini, yaitu sebagai penanda dimana sebelum seorang sorpa (pemuda) mengikuti tradisi neruna ini, maka belum diizinkan untuk ngayah atau tedun (mengikuti kegiatan) mewakili orangtuanya. Ketika sudah neruna, barulah mereka dinyatakan berhak untuk mewakili orangtuanya saatpatedunan ataupun ngayah di Pura yang ada di Desa Adat Geriana Kangin,” ujar Jero Mangku Gede Nuragia.

Baca juga:  Desa Adat Pancasari ‘’Pangempon’’ Ulu Suci dan Ulu Merta Jagat Bali

Sementara itu, Ketua STT Yowana Giri Prawerti Desa Adat Geriana Kangin I Gede Widnyana mengatakan, ada sekitar 120 orang sorpa yang mengikuti tradisi neruna pada Aci Usaba Goreng tahun ini. Mereka yang ikut adalah pemuda desa adat geriana kangin yang sebelumnya telah masuk atau terdaftar ke dalam organisasi seka truna truni yowana giri prawerti desa Adat Geriana Kangin. “Kurang lebih pesertanya sekitar 120 orang, peserta
pemuda desa adat yang sudan masuk kedalam organisasi STT yang ada di Desa Adat Geriana Kangin,” kata Widnyana. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Bentuk Karakter Generasi Muda lewat Gerakan Pramuka
BAGIKAN