Sejumlah siswa kesurupan di SMPN 5 Denpasar, Kamis (20/10). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Suasana SMPN 5 Denpasar di Ubung, Kamis (20/10) diwarnai aksi demo para siswa akibat kondisi sekolah tidak kondusif lagi. Bukan hanya siswa, para guru juga melakukan hal yang sama untuk mengungkapkan ketidakpuasan dan kekecewaan mereka. Bahkan dalam aksi itu, sejumlah siswa juga sempat kesurupan.

Mereka menyampaikan aspirasinya kepada Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga, A.A. Gede Wiratama, Kamis (20/10). Mereka berharap kepala sekolah yang baru, Putu Eka Juliana Jaya, diganti.

Pada awalnya, kegiatan sekolah berlangsung seperti biasa. Semua siswa masuk sekolah untuk mengikuti lomba lawar.

Namun, saat bersamaan para guru dikumpulkan untuk mendapatkan pengarahan. Karena siswa merasa tidak ada yang memperhatikan, akhirnya memuncak dengan menggelar aksi demo.

Mereka berteriak-teriak di halaman untuk mengganti kepala sekolah. “Ganti, ganti, ganti,” demikian para siswa di halaman sekolah.

Baca juga:  Di Jembrana, 1.149 Siswa SMP Ikuti UNBK

Setelah aksi tersebut, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga bersama Kapolsek Denpasar Utara, Camat Denut, Lurah Ubung, dan Kaling setempat melakukan pertemuan dengan perwakilan siswa di ruang UKS. Di ruang itu, sejumlah siswa menyampaikan pendapatnya atas kondisi sekolah setelah adanya kepala sekolah baru.

Salah seorang siswa mengatakan, demo tersebut berawal dari kebijakan kepala sekolah yang dinilai melenceng dari tupoksi sebagai kepala sekolah. Saat itu, siswa ikut lomba ngelawar dan membawa bahan sendiri dari rumah, akan tetapi sampai siang tak ada guru yang mendampingi sebab semua guru dipanggil kepala sekolah.

Siswa lainnya, I Made Satria Aldo Adinata yang duduk di kelas IX mengaku saat siswa memberikan salam, kepala sekolah tak menggubris. “Saya juga melihat guru-guru disuruh membersihkan gudang. Pembina Pramuka saya yang ingin berkenalan dengan Kepala Sekolah disambut kurang baik. Ibunya bilang, “Maaf saya tidak bisa ngomong dengan orang baru, maaf Anda siapa?”,” kata siswa tersebut bercerita di depan Kadis.

Baca juga:  Sablun Merasa Pulih dan Siap Merumput

Siswa lain, Dewi Angeli Budi Astini, IX A, menambahkan saat lomba story telling dirinya mendapat juara III namun tak mendapat apresiasi dari sekolah. “Bahkan uang transport tidak dikasi, uang konsumsi juga tidak,” katanya.

Setelah perwakilan siswa menyampaikan aspirasi, Kadisdikpora kemudian mengumpulkan semua guru dan juga kepala sekolah di ruang yang sama. Para guru pun menyampaikan unek-uneknya kepada Kadisdikpora. Mereka curhat dan beberapa sampai menangis.

Kebijakan yang diambil kepala sekolah dinilai kurang tepat dilakukan di sekolah. “Seperti mengelola rumah tangga,” ujar salah seorang guru.

Guru PJOK, Gede Parwata pun menangis histeris di depan Kadis menceritakan absensinya diblokir oleh kepala sekolah. Gara-gara dirinya memberikan masukan terhadap kepala sekolah.

Baca juga:  Dari Demo AMP Ricuh hingga ASO Berlaku

Sementara Guru PPKN, Sagung Made Warsiki pun berbicara sangat keras di depan Kadis dan Kepsek. “Kepemimpinan kepala sekolah sebelumnya hingga Plt jauh berbeda dengan kepala sekolah sekarang. Kami seperti pembantu. Kami disuruh membersihkan kamar mandi, padahal tugas kami melayani siswa di sini bukan pembantu,” katanya.

Selain itu, Wakasek Kesiswaan juga langsung diberhentikan hanya gara-gara tak mengangkat telepon sekali. Ia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri, seorang pembina Pramuka yang sudah berumur dibentak-bentak saat membawa nilai ekstra ke sekolah.

Terkait hal tersebut, Kadisdikpora, A.A. Gede Wiratama mengaku sudah menampung aspirasi dari guru tersebut. Pihaknya akan membawa aspirasi tersebut ke pimpinan. “Ini kami laporkan ke pimpinan dan secepatnya kami proses. Di sini kami mencari penyelesaian yang terbaik dan tidak saling menyalahkan,” katanya. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN