Ilustrasi tabung elpiji berbagai ukuran. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Pengusaha restoran di Kintamani mengeluhkan kenaikan harga elpiji. Pasalnya, sejak beberapa minggu terakhir harganya naik seratus persen.

Ketut Putranata, pemilik salah satu restoran di Kintamani mengungkapkan kenaikan harga elpiji sudah terjadi sejak 25 Agustus. Tak hanya naik, LPG sempat langka beberapa hari.

Karena langka, ia sampai harus mencari gas LPG ke Denpasar. “Sekarang sudah tidak sulit lagi, tapi harganya mahal,” ungkapnya, Selasa (13/9).

Baca juga:  Tahun Depan, Bangli Kembali Tak Bisa Sediakan Beasiswa

Disebutkan kenaikan harga elpiji sangat tinggi mencapai seratus persen. Untuk ukuran 39,92 kg yang banyak dipakai di restoran, sekarang Rp950 ribu. Sebelumnya Rp425 ribu.

Demikian juga yang ukuran 12 kg. Dulu bisa dibeli Rp130 ribu sekarang Rp210 ribu.

Tak hanya elpiji, harga beberapa bahan makanan juga mengalami kenaikan. Salah satunya beras.

Kenaikan harga barang tersebut tentu memengaruhi pengeluaran. “Saya hitung per minggu lalu, semua bahan yang kita pakai harganya naik 7 persen. Itu di luar gas,” kata mantan ketua PHRI Bangli itu.

Baca juga:  Telkom Fokus di B2B, IndiHome akan Diitegrasikan ke Telkomsel

Meski banyak barang yang mengalami kenaikan harga, Putranata mengaku dirinya tidak bisa serta merta menaikan harga jual. Sebab sebelumnya sudah ada kontrak dengan agen-agen perjalanan wisata terkait harga jual menu-menu di restorannya. “Jadi mau tidak mau kita harus komitmen dengan agen,” ujarnya.

Untuk menyiasati atau menekan kerugian akibat dampak kenaikan harga saat ini, ia hanya bisa mengurangi item menu. Dia mencontohkan misalnya makanan penutup terdiri dari lima jenis, salah satunya terpaksa dihapus. “Tapi untuk itu harus ada permakluman dan deal dengan agen. Kita tidak boleh bohong,” kata pria yang merupakan penasehat PHRI Bangli itu. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  BRI Lanjutkan Promosi UMKM Go Global Melalui ITPC di Kanada
BAGIKAN