Prof. Drs. I Made Surada, M.A. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali Era Baru dengan spirit Nangun Sad Kerthi Loka Bali telah bergulir empat tahun. Arah dan kebijakannya memang sudah terkomunikasikan dengan baik. Hasilnya pun nyata. Namun, harapan mahasiswa dari tujuh kampus di Bali– sebagai penyangga budaya Bali ke depan– juga harus diberikan ruang dan diapresiasi. Generasi muda Bali hendaknya diberikan ruang untuk berdialog terhadap apapun jenis perencanaan pembangunan di Bali.

Wakil Rektor I UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Prof. Drs. I Made Surada, M.A., mengatakan, langkah ini sangat tepat agar pembangunan dan eksesnya diketahui semua komponen masyarakat termasuk kalangan generasi muda Bali. Generasi muda Bali yang kini duduk di bangku SMA dan kampus hendaknya dibentuk sebagai generasi profesional dengan literasi budaya yang kuat juga. Ini akan menjadi spirit dan kekuatan bagi Bali menjadi pusat peradaban nusantara.

Baca juga:  Beri Wawasan untuk Wisatawan, Guide Harus Lulus Uji Budaya

Yang lebih penting lagi, kata dia, adalah generasi muda inilah yang akan mendapatkan manfaat sekaligus dampaknya. Sehingga menurut I Made Surada sangat wajar suara mereka didengar dan mereka dilibatkan.

Dalam konteks berbangsa dan beragama, kata Prof. Surada, Hindu mengenal istilah dharma negara dan dharma agama. Dalam menjalankan dharma negara, generasi muda penting ditumbuhkan dan dipupuk rasa kebangsaannya. Sehingga tetap cinta tanah air, menjaga persatuan dan kesatuan, menghormati perbedaan, menjaga toleransi dan menghormati nilai-nilai perjuangan para pejuang bangsa. Sementara dalam konteks dharma agama, bagaimana umat atau generasi muda diberi pemahaman yang utuh juga tentang ajaran agama, sehingga menjadi generasi yang memiliki sradha dan bhakti yang tinggi.

Baca juga:  PKB, Penguatan Identitas dan Pemantik Kreativitas

Bagi dia, generasi muda memiliki peran strategis dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan spirit kebangsaan. Karena itu generasi muda perlu diberikan ruang untuk memahami budayanya secara utuh. ‘’Merawat generasi, berarti memberikan ruang kepada generasi muda untuk mengenal dan memahami budayanya secara utuh dan menyeluruh. Dengan demikian, tumbuh rasa memiliki untuk melestarikan, merawat, mengembangkan dan memanfaatkan sesuai zamannya,’’ ujarnya.

Menurut Prof. Surada, budaya Bali memiliki keunikan dan warna tersendiri.  Budaya Bali adalah mutiara atau soca Bali. Itu tidak ada di tempat lain. Ini yang perlu dirawat atau dilestarikan. Budaya Bali tidak hanya ‘’dibumikan’’ untuk mencapai kepuasan sekala. Aktivitas budaya yang dilakukan masyarakat Bali, tujuan pertama dan utama adalah sebagai bentuk persembahan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa (niskala). Budaya Bali bisa hidup karena jiwa atau rohnya adalah agama Hindu. Karena itu mutiara atau soca Bali ini perlu dilestarikan. Pemahaman tentang budaya Bali yang utuh ini penting ditularkan kepada para yowana atau para pemuda. Sebab di tangan merekalah kita harapkan budaya Bali akan tetap ajeg lestari ke depannya,’’ ujar guru besar asal Kesian, Desa Lebih, Kabupaten Gianyar ini. (Citta Maya/Subrata/balipost)

Baca juga:  Hadapi Covid-19, Tetap ‘’Eling Sareng Catur Guru’’
BAGIKAN