Banten untuk upacara Ngaben Massal di Desa Adat Kutuh, Bangli. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Kutuh, Kecamatan Kintamani Juli lalu menggelar upacara ngaben masal. Sebanyak 63 sawa diupacarai. Karya ngaben masal tersebut merupakan yang pertama kali dilaksanakan Desa Adat Kutuh. Upacara ngaben masal rencananya dilaksanakan rutin tiap lima tahun sekali.

Bendesa Adat Kutuh I Made Kartika Jaya mengatakan selama ini Desa Adat Kutuh belum pernah melaksanakn upacara ngaben masal. Upacara ngaben biasanya dilaksanakan krama di Kutuh secara berkelompok. “Dari jaman dulu belum pernah. Kemarin baru pertamakali Desa Adat melaksanakan dan sukses,” kata Kartika Jaya.

Dijelaskan hal yang melatarbelakangi Desa Adat Kutuh melaksanakan ngaben masal karena melihat beban biaya yang harus dikeluarkan Krama untuk melaksanakan upacara ngaben di Kutuh cukup tinggi. Bisa mencapai Rp 20-25 juta per sawa. Dengan dilaksanakan oleh Desa Adat, Krama cukup mengeluarkan biaya ngaben Rp 1,8 juta per satu sawa. Biaya itu sudah sampai pelaksanaan upacara nyegara gunung.

Baca juga:  Ini, Pemenang Gending Rare Bali TV 2022

Dalam ngaben masal perdana itu, Desa Adat Kutuh juga melakukan penyederhanaan upakara. Jika sebelumnya warga memotong babi sebagai bekal untuk pitra dengan jumlah sesuai Sawa yang diupacarai, pada upacara ngaben masal belum lama ini babi yang dipotong hanya satu ekor. Meski demikian hal itu menurutnya tidak mengurangi makna upacara.

Disampaikan juga bahwa untuk membiayai pelaksanaan ngaben masal tersebut, Desa adat Kutuh memberikan subsidi Rp 50 juta yang diambil dari dana milik desa adat. Selain itu, biaya ngaben masal juga menggunakan dana urunan krama. Dimana seluruh krama tanpa terkecuali dikenakan Rp 100 ribu per kepala keluarga. “Kami juga mendapat dana bantuan dari Pemkab Bangli dengan nilai Rp 1 juta per sawa, ” ujarnya. Adapun Total biaya yang dihabiskan untuk pelaksanaan upacara ngaben masal sekitar Rp 183 juta.

Baca juga:  Harga Beras Naik, Konsumen Pilih Beli Eceran

Kartika Jaya menambahkan seluruh rangkaian upacara mulai dari persiapan dilaksanakan di satu tempat yakni lapangan yang ada di wewidangan desa adat Kutuh selama hampir satu bulan. Semua dikerjakan oleh krama secara bergotong royong. “Mulai dari pembuatan bangunan sampai upakara dikerjakan secara gotong royong,'” jelasnya. Menurutnya ngaben masal yang dilaksanakan untuk pertama kalinya di Desa adat Kutuh menjadi momen meningkatkan semangat gotong royong krama.

Baca juga:  Anggaran Mimim, Bangli Promosi Pariwisata di Medsos

Pihaknya mengaku telah merencanakan upacara ngaben masal di desa adat Kutuh akan digelar tiap lima tahun sekali. Dari dana yang terkumpul, disebutkan masih ada sisa Rp 50 juta. Rencananya dana sisa itu akan disimpan di LPD desa adat Kutuh dan akan dimanfaatkan untuk pelaksanaan ngaben masal berikutnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *