Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Ediar Usman (kiri) dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM Hendra Gunawan (kanan) pada Konferensi Pers Informasi Kebencanaan Geologi Semester I Tahun 2022 secara daring, Kamis (4/8/2022). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Selama periode Januari-Juni 2022 terdapat sembilan gunung api mengalami erupsi, baik eksplosif maupun efusi di Indonesia. Demikian catatan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Ediar Usman mengatakan ke-9 gunung api itu adalah Dempo, Merapi, Semeru, Anak Krakatau, Ili Lewotolok, Soputan, Karangetang, Ibu, dan Dukono. “Terdapat dua gunung api yang erupsinya disertai awan panas, serta tiga gunung api yang aktivitasnya disertai guguran lava,” katanya dalam keterangannya sebagaimana dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (5/8).

Saat ini, lanjutnya, terdapat lima gunung api dengan tingkat aktivitas level III atau Siaga yakni Anak Krakatau, Merapi, Semeru, Ili Lewotolok dan Awu, 15 gunung api level II atau Waspada, dan 48 gunung api level I atau Normal.

Terakhir, pada 28 Juli 2022, tingkat aktivitas Gunung Raung, Jawa Timur, terpantau naik dari level I ke II.

Selain itu terjadi 10 kejadian gempa bumi merusak di Tobelo, Pandeglang, Talaud, Pasaman Barat, Sukabumi, Seram Barat, Kendari, Halmahera Utara, Maluku Barat Daya, dan Mamuju.

Ediar juga mengatakan sebagai upaya mitigasi pihaknya melakukan kegiatan tanggap darurat atau kaji cepat untuk memetakan dan menganalisis dampak gempa bumi serta merekomendasi teknis mitigasi bencana gempa bumi.

Baca juga:  Kaesang Ditawari Masuk PDIP

Selain gempa bumi, pada Januari hingga Juni 2022 terjadi 318 kejadian gerakan tanah. “Gerakan tanah adalah bencana geologi yang paling sering terjadi di Indonesia, khususnya di musim penghujan,” ujarnya.

Selama semester I 2022, lanjutnya, selain pemantauan gunung api, Badan Geologi melakukan 13 kegiatan tanggap darurat, pemetaan satu peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) gunung api, pemetaan dua peta geologi gunung api, dua revisi peta KRB gunung api, 33 rekomendasi terkait aktivitas gunung api di atas normal, 307 VONA, dua instalasi peralatan pemantauan gunung api, dan tiga optimalisasi peralatan pemantauan gunung api.

Untuk mitigasi gempa bumi dan tsunami, telah dilakukan dua kegiatan tanggap darurat, tujuh kegiatan pascabencana, dua penyelidikan mikrozonasi gempa bumi, pemetaan satu peta KRB gempa bumi dan satu peta KRB tsunami, serta satu kegiatan sosialisasi, satu optimalisasi peralatan monitoring sesar aktif, dan 22 rekomendasi.

Badan Geologi memantau visual dan instrumental letusan gunung api dan gerakan tanah. Untuk potensi gempa bumi dan tsunami, pihaknya bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam menganalisis geologi dan penanggulangannya.

Baca juga:  Nataru, PT KAI Layani Jutaan Pelanggan

Rekomendasi

Ediar menambahkan Badan Geologi selalu merekomendasi kepada pemerintah daerah terkait potensi kebencanaan, baik letusan gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, dan tsunami. “Semua data evaluasi geologi dan pemantauan terhadap potensi letusan gunung api dan gerakan tanah disampaikan langsung kepada pemda dan juga pihak terkait lainnya di daerah. Selanjutnya, data-data tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat setempat,” ujar Ediar.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM Hendra Gunawan menyampaikan informasi Badan Geologi kepada pemda sifatnya adalah rekomendasi. “Badan Geologi selalu memberikan rekomendasi ke semua daerah di Indonesia. Kami memberikan peta potensi gerakan tanah, yakni daerah mana saja yang berpotensi terjadi gerakan tanah ke depan. Di awal bulan, rekomendasi selalu dikirimkan. Badan Geologi juga memberikan rekomendasi terkait tempat relokasi dan saran teknis kepada pemda apabila terjadi gerakan tanah,” ujarnya.

Hendra pun mengimbau pemda selalu mengikuti rekomendasi Badan Geologi agar mitigasi bencana geologi berjalan optimal dan meminimalisasi jatuhnya korban jiwa dan harta benda.

Baca juga:  Posko Pengungsian di Tembok Kembali Dipenuhi Ribuan Pengungsi Karangasem

“Badan Geologi akan terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) karena penanggulangan bencana tidak dapat dilakukan sendiri. Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan BMKG dalam menangani mitigasi gerakan tanah maupun gempa bumi dan tsunami, di mana kami memerlukan data sekunder dari BMKG dan Badan Riset Nasional (BRIN). Kami berharap kerja sama berjalan dengan baik, sehingga menghindari adanya korban dan dapat mengantisipasi daerah-daerah yang berpotensi,” ujarnya.

Hendra menambahkan upaya mitigasi bencana geologi bermanfaat untuk memberikan arahan kepada pemda dan memberi kepastian terkait tindak lanjut kebijakan pemda dalam pemberian pelayanan kebencanaan. Selain itu terdapat rekomendasi pembangunan kembali daerah bencana dan lahan relokasi pascabencana.

“PVMBG juga tetap melakukan pendampingan dalam penyusunan rencana kontingensi, edukasi kepada masyarakat, serta penyusunan kebijakan terkait tata ruang, peta risiko, dan lain-lain. Manfaat dari mitigasi bencana geologi akan semakin terasa dengan adanya penguatan jejaring kerja antar-kementerian dan lembaga terkait, serta pemda,” ujarnya. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *