Konsumen sedang berbelanja di Pasar Badung, Denpasar. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Biaya hidup di Bali semakin tinggi sebab Bali kembali mengalami inflasi pada Juli 2022 mendekati angka 7% tepatnya 6,73% (yoy). Secara year to date (Januari – Juli 2022) inflasi Bali 5,13%, dan secara month to month (mtm/ bulan Juli dibandingkan Juni 2022) inflasi Bali 0,89%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Hanif Yahya, Senin (1/8) mengatakan, jika di-breakdown dari dua kota amatan inflasi di Bali yaitu Denpasar dan Singaraja mengalami inflasi masing-masing 6,72% (yoy) dan 6,77% (yoy). Sedangkan secara ytd inflasi Denpasar 5,11% dan Singaraja 5,31%. Kondisi ini menempatkan Denpasar pada posisi 25 dan Singaraja pada posisi 69 dari 90 kota yang mengalami inflasi di Indonesia.

Penyumbang inflasi terbesar di Denpasar berasal dari kelompok makanan dengan andil sebesar 0,55%, dan mengalami inflasi 2,17%. Kelompok penyumbang inflasi terbesar kedua adalah transportasi dengan andil 0,21% dan mengalami inflasi 1,78%. Kelompok ketiga adalah akomodasi makan dan minum dengan andil 0,18% yang mengalami, inflasi 1,89%.

Baca juga:  Belasan Ribu Warga Tergigit Hewan Penular Rabies, 4 Orang Meninggal

Di Singaraja, kelompok penyumbang inflasi tertinggi yaitu makanan dengan andil 0,58% dan mengalami inflasi sebesar 1,60%. Kelompok kedua yaitu perumahan dengan andil 0,29% yang mengalami inflasi 2,08%, dan kelompol ketiga adalah transportasi dengan andil 0,06% yang mengalami inflasi 0,61%.

Secara keseluruhan di Bali, inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok makanan dengan andil 0,55% dan mengalami inflasi 2,06%, kelompok transportasi mengalami inflasi 1,65% sehingga andilnya 0,19%, dan kelompok akmamin mengalami inflasi 1,71% dengan andil 0,16%.

Inflasi menurut komponen yaitu komponen inti di Denpasar mengalami inflasi 0,20%, Singaraja mengalami deflasi -0,24% dan Bali mengalami inflasi komponen inti 0,09%. Komponen administered price mengalami inflasi di Denpasar 1,81% dan Singaraja 1,38% dan Bali 1,75%. Sedangkan komponen volatile food (harga bergejolak) mengalami gejolak, lebih tinggi dari komponen inti dan administered price di Denpasar mengalami inflasi 3,38%, Singaraja 2,44% dan Bali 3,20%.

Lima komoditas utama penyumbang inflasi di Denpasar yaitu Angkutan Udara dengan andil 0,19% dan mengalami inflasi 14,81%, bawang merah mengalami inflasi 35,96% dengan andil 0,17%, cabai merah mengalami inflasi 25,97% dengan andil 0,11%. Biaya sekolah SMA mengalami inflasi 4,55% dengan andil 0,06%, soto mengalami inflasi 11,42% dengan andil 0,06%.

Baca juga:  Diduga Keracunan, Siswa SDN 1 Temesi Dirujuk ke RS Sanjiwani

Komoditas penyumbang inflasi di Singaraja terbesar yaitu bawang merah dengan andil 0,40% mengalami inflasi 33,33%, cabai merah andilnya terhadap inflasi 0,28%, mengalami inflasi 28,17%, tarif air minum PAM memiliki andil 0,24%, dengan tingkat inflasi 7,85%, daging ayam ras memiliki andil 0,13% dengan tingkat inflasi 6,22%, cabai rawit memiliki andil 0,10% dengan tingkat inflasi 7,65%.

Sementara lima komoditas utama penyumbang inflasi Bali adalah bawang merah dengan andil 0,20% dan tingkat inflasi 35,22%, angkutan udara dengan andil 0,17% dengan tingkat inflasi 14,81%, cabai merah dengan andil 0,13%, dengan tingkat inflasi 26,56%, biaya sekolah SMA dengan andil 0,06% dan tingkat inflasi 4,27%, cabai rawit dengan andil 0,05% dengan tingkat inflasi 10,14%.

Selain komoditas penyumbang inflasi, juga ada komoditas yang mengalami deflasi di Bali. Yaitu canang sari dengan andil -0,27% dengan tingkat deflasi -10,95%, minyak goreng dengan andil -0,05% dan tingkat deflasi -3,36%, emas perhiasaan dengan andil -0,02%, dengan tingkat deflasi -1,59%, dll.

Baca juga:  Makin Cepat Atasi COVID-19, Makin Minim Dampaknya ke Ekonomi

“Dari komoditas penyumbang inflasi itu, memang berasal dari komoditas sayuran, bawang merah, angkutan udara, cabai merah, dan cabai rawit,” ujar Hanif.

Jika dilihat grafik pada periode Januari 2021 – Juli 2022 memang ada tren kenaikan terutama dua bulan terakhir yang mengalami kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK). Hal ini sesuai dengan kondisi cuaca Bali yang cukup tinggi curah hujannya pada Juni dan Juli sehingga produksi bawang merah, cabai merah, cabai rawit terganggu. “Sehingga produksi tersebut mengalami gangguan yang mengakitbatkan harga tinggi pada Juni- Juli sehingga IHK meningkat,” ujarnya.

Sementara tarif angkutan udara mengalami kenaikan tinggi pada Juli 2022 dengan IHK 138,1, dibandingkan Juni dengan IHK 120,3. Adanya kenaikan bahan bakar pesawat dan BBM jenis lain mengalami penyesuaian harga dari tarif-tarif angkatan udara pada Juli lalu. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN