Wagub Cok Ace saat menghadiri acara Rembuk Aksi Kolaborasi untuk Imunisasi Pemerintah Daerah se-Jawa dan Bali bersama Unicef di Bangsal Kepatihan Danurejan, Malioboro, Yogyakarta, Kamis (21/7) malam. (BP/Istimewa)

YOGYAKARTA, BALIPOST.com – Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjok Oka Sukawati (Cok Ace) menegaskan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali sangat menyadari pentingnya imunisasi sebagai bagian yang dalam menjamin kualitas tumbuh kembang dan mencegah anak dari penyakit. “Kita tidak mau berdosa jika nantinya anak ini tumbuh dewasa membawa suatu kekurangan pada kesehatannya,” ujar Wagub Cok Ace saat menghadiri acara Rembuk Aksi Kolaborasi untuk Imunisasi Pemerintah Daerah se-Jawa dan Bali bersama Unicef di Bangsal Kepatihan Danurejan, Malioboro, Yogyakarta, Kamis (21/7) malam.

Wagub menjelaskan selama 2019 hingga 2021 atau di masa pandemi COVID-19 pihaknya sebenarnya punya target untuk 94,51 persen imunisasi dasar pada bayi dan balita. Namun, pihaknya bersyukur karena bisa capai hingga 98,8 persen untuk imunisasi dasar.

Sedangkan untuk imunisasi lanjutan, ada masalah keterlambatan waktu. Sehingga hanya mencapai 78 persen, jauh dari target. “Oleh sebab itu, kami dari pemerintah Provinsi Bali mengupayakan agar semua pihak terlibat dari atas ke bawah,” tandasnya.

Baca juga:  Dibuka Presiden Jokowi, Wagub Cok Ace Ikuti Rakernas APPSI 2023 di Kaltim

Guru Besar ISI Denpasar ini mengatakan sebagaimana yang dilakukan Pemprov Bali saat pandemi dan percepatan vaksinasi Covid-19, Bali menggunakan kekuatan-kekuatan sosial budaya masyarakat. Antara lain, desa adat, banjar dan lainnya. “Sehingga yang masih tercecer sekitar 11 ribuan anak yang belum imunisasi lanjutan bisa kita nol-kan semua. Intinya pemerintah Provinsi Bali bekerja keras untuk ini,” ujar Wagub Cok Ace.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Perwakilan UNICEF, Robert Gass mengatakan Unicef dan mitra lainnya mendukung Pemerintah Indonesia untuk terus mendorong upaya mengejar ketinggalan untuk mengatasi kemunduran yang signifikan dalam imunisasi anak akibat COVID-19. “Pemerintah Indonesia bekerja tanpa lelah, dengan dukungan UNICEF, untuk menjangkau sebanyak mungkin anak, termasuk mereka yang berada di daerah tertinggal dan terpencil,” ujar Gass.

Baca juga:  Anak Dari Perkawinan Campuran Berpotensi Menjadi WNA

Pandemi dikatakan Gass membuat Cakupan imunisasi dasar lengkap turun dari 84,2 persen pada 2020 menjadi 79,6 persen pada 2021, menjadikan anak-anak di seluruh Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio. Dijelaskan, bahwa tahap pertama Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dimulai Mei 2022 dan akan berlangsung hingga akhir Juli menargetkan 27 juta anak di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tahap kedua akan berlangsung pada Agustus 2022 di Jawa dan Bali.

Di kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi mengajak pemerintah daerah untuk memberdayakan posyandu. Ada hampir 50 ribu Posyandu di seluruh Indonesia. Sehingga, layanannya harus distandarisasikan. Menurut Menkes, imunisasi penting namun juga perlu untuk mengedepankan untuk menjaga hidup sehat bukan malah berpikir mengobati setelah sakit. “Saya dalam kesempatan kali ini, mengajak pemerintah daerah untuk memaksimalkan RSUD beserta para ASN. Fungsi screening harus dilakukan dibarengi hidup yang seimbang,” tandas Menkes.

Baca juga:  Mencegah Karies Botol pada Anak

Kesempatan tersebut, selain sebagai rembuk bersama dirangkai dialog interaktif, juga ditandai penandatanganan kesepakatan bersama Pemerintah Daerah se-Jawa dan Bali untuk komitmen program percepatan Imunisasi lewat BIAN. Turut hadir dalam acara tersebut, Sekjen Kemendagri Suhajar Diantoro, Pj. Gubernur Banten Al Muktabar, Wagub Jakarta Ahmad Riza Patria, Sekda Jatim Adhy Karyono dan Kadis Kesehatan Jateng Yunita Dyah Suminar. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *