Sejumlah sapi berada di kandangnya. (BP/Dokumen)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak di Bali. Keberadaan PMK ini disebut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunada muncul tiba-tiba pada Juni 2022.

Di Karangasem, sejumlah sapi milik para peternak di mulai terjangkit PMK. Kabid Pengendalian dan Penanggulangan Bencana (PPB), Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan, Putu Gede Suata Berata, Minggu (3/7), mengatakan yang terdeteksi sebanyak tujuh ekor.

Baca juga:  Seorang Pedagang Asal Samplangan Positif COVID-19, Belum Diketahui Dari Mana Penularannya

Suata seizin Plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem, Ida Bagus Suastika, menjelaskan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan kepala UPTD Puskeswan Karangasem terkait temuan kasus PMK tersebut. “Sesuai dengan hasil sampel uji lab yang telah dilakukan Distan Provinsi Bali, sapi yang positif terkena PMK tujuh ekor,” sebutnya.

Suata merinci tiga ekor ada di wilayah Segara Katon, Kelurahan Subagan dan empat sisanya di Kecamatan Rendang. “Sapi yang kena milik peternak secara pribadi, belum ada bantuan simantri yang terkana PMK ini” ucapnya.

Baca juga:  Pascatemuan PMK, Petugas Sterilisasi Pasar Hewan Bebandem

Menurut Suata, berdasarkan hasil pengecekan atau penelusuran yang dilakukan petugas di lapangan, empat ternak sapi yang positif PMK di Kecamatan Rendang dibeli dari pengepul di Pasar Bebandem sekitar 1 minggu yang lalu. Sedangkan, untuk tiga sapi wilayah Segara Katon, Subagan, berawal dari informasi ada sapi sakit sebanyak 15 ekor. Dan setelah diambil sampelnya, ada tiga sapi yang dinyatakan positif terkena PMK tersebut.

Baca juga:  Bali akan Jalani PPKM Level 3, Ini Penyesuaian Aturan Terbarunya

“Ternak-ternak yang terkena PMK itu, memiliki sejumlah gejala, yakni kehilangan nafsu makan hingga mulut keluar buih atau busa serta melepuh pada bagian kuku kakinya,” sebutnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN