Personel Lantas Polsek Kuta Utara mengatur arus lalin yang macet saat peningkatan mobilitas masyarakat. (BP/Istimewa)

JAKARTA – Dari pengalaman sebelumnya pada penanganan COVID-19, kenaikan mobilitas masyarakat akan diikuti tren kenaikan kasus positif. Namun saat ini, meskipun peningkatan mobilitas khususnya pada sektor retail terjadi sejak Maret lalu, tidak diikuti kenaikan kasus positif. Bahkan penambahan kasus harian angkanya tetap landai.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan, bahwa kenaikan mobilitas saat ini yang bahkan tertinggi selama pandemi, penularan kasus positif COVID-19 dapat ditekan. “Ini adalah kabar baik yang penting untuk terus dipertahankan kedepannya,” kata Wiku dalam keterangan persnya dikutip pada Kamis (19/5).

Dari kondisi kasus di tingkat nasional, Indonesia terus menunjukkan perbaikan pada indikator kasus aktif dan kesembuhan dengan angka diatas rata-rata dunia. Sayangnya, pada indikator kematian masih bertahan pada angka yang sama. Bahkan, angka ini masih diatas rata-rata dunia.

Lebih lanjut, dapat dicermati perkembangan pada 3 indikator tersebut. Pertama, kasus aktif. Di tingkat nasional trennya tetap menunjukkan penurunan yang baik menjadi 0,08% pada pekan terakhir dan lebih rendah sekitar 4% di bawah rata-rata dunia. Data per 8 Mei lalu, jumlahnya terdapat 6 ribu orang penderita COVID-19. Namun, per 15 Mei turun menjadi sekitar 4700 orang.

Baca juga:  Kasus HIV/AIDS di Denpasar Cukup Tinggi, Mayoritas Penularan Akibat Heteroseksual

Indikator kedua yaitu kematian. Baik persentase maupun jumlah kematian di Indonesia cenderung tetap dibandingkan pekan sebelumnya, yaitu 2,59%. Sementara jumlah orang meninggal rata-rata dalam 3 bulan terakhir terus menurun dan saat ini rata-ratanya di angka 13 kasus.

Indikator ketiga, kesembuhan. Dibanding pekan lalu, terjadi peningkatan jumlah orang sembuh pada level nasional. Di minggu ini, terdapat sekitar 3.600 orang sembuh, dengan persentasenya sebesar 97,34 %. Jika dibandingkan dengan dunia, Indonesia masih bertahan sekitar 3% di atas rata-rata dunia.

Disamping itu, perlu juga mencermati detail pada kasus aktif pada 34 Provinsi. Saat ini, 18 provinsi diantaranya, menunjukkan penurunan sehingga menunjukkan sudah semakin rendahnya potensi penularan di tengah masyarakat. Hal ini, didukung penanganan pasien yang baik sehingga orang yang tertular segera sembuh.

Baca juga:  Penghadang Bantuan Korban Gempa Cianjur Ditangkap Polisi

Hanya saja, pada 16 Provinsi lainnya masih menunjukkan kenaikan kasus aktif. Bahkan, pekan ini jumlahnya lebih banyak dibanding pekan lalu sebanyak 6 provinsi. Kenaikan terjadi sebagian adalah provinsi tujuan mudik atau asal pemudik terutama pada 3 provinsi yang menjadi terbesar dalam tujuan dan asal pemudik, yakni DKI Jakarta, Banten dan Jawa Timur.

Namun, terdapat kabar baiknya dari provinsi-provinsi yang saat ini teramati. Bahwa kenaikannya belum merupakan lonjakan kasus yang signifikan. Meski demikian, adanya kenaikan harus segera ditekan dengan kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan yang menjadi kunci terkendalinya kasus.

“Upaya ini juga perlu diperkuat dengan kesadaran tinggi untuk dites apabila memiliki riwayat perjalanan jarak jauh, riwayat mengunjungi lokasi keramaian, serta merasa kurang sehat dan bergejala,” tambah Wiku.

Baca juga:  Rupiah Melemah, Pengusaha Susah Karena Daya Beli Rendah

Untuk itu, kepada para kepala daerah dari provinsi-provinsi yang disebutkan sebelumnya harus segera mencegah terjadinya kenaikan kasus yang lebih tinggi lagi. Upayakan menggencarkan testing, tracing, dan treatment. Sementara, masyarakat juga dimohon tetap disiplin protokol kesehatan dan kesadaran tinggi untuk dites. Terutama dengan riwayat bepergian jarak jauh, mengunjungi tempat keramaian dan kerumunan, serta merasa tidak sehat dan bergejala.

“Tidak lelah saya ingatkan, mari lindungi kelompok rentan di sekitar kita. Seperti para penderita komorbid, anak-anak, orang lanjut usia, hingga mereka yang belum dapat divaksin. Jangan sampai kita tertular dan menjadi sumber penularan, terlebih di tengah potensi adanya orang tanpa gejala. Pastikan jangan bawa virus pulang,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN