Arifin Panigoro. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Arifin Panigoro tutup usia. Pengusaha minyak dan gas bumi ini meninggal dalam usia 76 tahun di Amerika Serikat pada Minggu (27/2) pukul 02.29 waktu Rochester, Minneapolis atau Senin (28/2) pukul 03.29 waktu Indonesia Barat.

Ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit setempat. Alamat rumah duka berada di Jalan Jenggala I Nomor 2, Jakarta.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, Arifin adalah seorang pengusaha Indonesia berdarah Gorontalo yang dijuluki ‘Raja Minyak Indonesia’. Ia juga dikenal sebagai pendiri dan pemilik MedcoEnergi yang merupakan perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi swasta terbesar di Indonesia.

Baca juga:  Akhir Februari, Presiden Sebut Tersedia 5.000 Dosis Vaksin untuk Wartawan

Alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung itu memulai karirnya sebagai kontraktor instalasi listrik. Ia membangun Grup Medco yang bermula dari sebuah perusahaan kontraktor partikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan pada 1980.

Salah satu tonggak sejarah Medco adalah membeli Stanvac yang dimenangkan melalui tender yang kemudian namanya diubah menjadi Expan. Melalui pembelian itu, Stanvac tak lagi dimiliki asing, tetapi sudah sepenuhnya dimiliki oleh Medco.

Saat ini, Medco menggarap berbagai bisnis industri hulu berupa eksplorasi dan produksi migas, pertambangan tembaga, pertambangan emas; dan industri hilir di bidang pembangkit listrik.

Arifin berada di urutan ke-47 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Tak hanya itu, ia juga merupakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Baca juga:  Kasus DID Tabanan Masih Bergulir, KPK Periksa Dua Saksi

Dalam karir politiknya, Arifin dikenal sebagai sosok yang dekat dengan kalangan mahasiswa. Ia dituduh menggagalkan Sidang Umum MPR yang hendak melantik Soeharto menjadi presiden untuk ketujuh kalinya pada tahun 1998.

Kala itu, ia melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh politik di Hotel Radison, Yogyakarta.

Saat aksi mahasiswa kian memanas dan meminta Soeharto turun, Arifin memberikan bantuan logistik kepada para mahasiswa yang melakukan demonstrasi di Gedung DPR.

Bantuan itu Arifin berikan untuk mencegah kekacauan dan kerusuhan. Ia tak ingin ada sentimen anti Tionghoa maupun permusuhan di antara golongan Muslim dan non-Muslim meluas ke seluruh Indonesia.

Baca juga:  Mandi di Pemandian Umum, Warga Meninggal Dunia

Setelah Soeharto lengser, Arifin lantas bergabung dengan partai politik PDIP dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR untuk daerah pemilihan Kabupaten Tangerang pada tahun 1999.

Pada 2005, ia mengundurkan diri dari DPR dan PDIP, lalu membentuk Partai Demokrasi Pembaruan. Partai itu didirikan oleh beberapa mantan anggota PDIP yang pernah dekat dengan Megawati Soekarnoputri.

Selain berkontribusi dalam bidang ekonomi dan politik, Arifin Panigoro juga turut berkontribusi dalam mengembangkan olahraga sepak bola nasional melalui turnamen Piala Medco dan tercatat sebagai penggagas Liga Primer Indonesia. (kmb/balipost)

BAGIKAN