I Gusti Made Oka. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – I Gusti Made Oka, pendiri Bank Dagang Bali (BDB) meninggal pada Minggu (6/2). Oka berpulang di usia senjanya, 90 tahun.

Menurut salah satu putra almarhum, I Gusti Ngurah Oka Udayana, dikonfirmasi Senin (7/2), jenazah masih di rumah duka Jl. Seruni sampai 24 Februari. “Sementara kami semayamkan di rumah kami di Jalan Seruni No. 5 Denpasar,” katanya.

Ia mengatakan pada 25 Februari, jenazah akan dibawa ke rumah duka di Desa Singapadu Tengah, Banjar Kutri, Gianyar. “Hari ini akan dibahas untuk pelaksanaan pelebonnya. Rencana akan dilakukan di kuburan Desa Singapadu Tengah. Untuk dewasa dari Grya Gede tanggal 26 Februari,” jelas pria yang akrab disapa Dolah ini.

Dolah menyebut ayahnya meninggal karena sakit tua. Almarhum meninggal di RS Puri Raharja. “Karena jalannya harus didampingin dan semua tidak ada keluhan penyakit selama ini, kecuali daya ingat menurun dan mobilisasi tidak mandiri,” sebutnya.

Baca juga:  Pengelolaan Pariwisata Amburadul, Bali Hancur Lebur

Penjahit Jadi Bankir

Dikutip dari Kontan No. 13, Tahun V, 18 Desember 2000, keinginan menolong orang telah menjadikan I Gusti Made Oka, seorang penjahit, menjadi bankir. Ia merupakan pendiri Bank Dagang Bali (BDB).

Berawal dari banyak orang kesulitan uang untuk membuka usaha, Oka dan istrinya (Ketut Sri Adnyani) pada 1955 tergerak untuk membantu. Caranya dengan meminjamkan sebagian keuntungan dari usaha menjahit.

Biasanya, si peminjam menitipkan emas sebagai jaminan atas pinjaman. Semula Oka hanya memberi pinjaman, tapi lambat laun ada pula nasabah yang menitipkan keuntungan usahanya. Ya, sudah, usahanya pun berkembang menjadi usaha simpan pinjam.

Setelah sekian lama, Oka pun berniat lebih serius mengembangkan usaha simpan pinjam dengan mencari modal tambahan. Ia mencari pinjaman ke Bank Perniagaan Umum (BPU).

Baca juga:  Terima Info Bharada Komang Gugur, Duka Selimuti Keluarga Besarnya di Marga

Tapi, persyaratan bank swasta masih ketat. Untuk mendapatkan pinjaman, Oka harus menjadi pemegang saham di BPU. Setelah menjadi pemegang saham BPU, 1956, pinjaman sebesar Rp 10.000 pun diperolehnya.

Jika semula tujuannya sekadar menolong, Oka mendapatkan ide untuk mendirikan bank sendiri. Ide ini muncul setelah banyak terlibat dalam rapat-rapat pemegang saham BPU.

Ide ini baru terwujud tahun 1968 dengan berdirinya Bank Pasar Umum. Bank yang didirikan dengan modal Rp 100.000 ini terletak di dekat pasar Denpasar. Agar banknya dikenal, Oka pun beriklan di koran dan aktif mendatangi nasabahnya.

Setelah sukses dengan bank pasar, Oka pun berniat mendirikan bank umum. Dengan modal awal sebesar Rp 20 juta, termasuk pinjaman dari BPD Bali, 4 September 1970 BDB berdiri dengan karyawan 30 orang. Namun, BI mengeluarkan surat keputusan no 6/6/KEP.GBI/2004 tanggal 8 April 2004 tentang pencabutan izin usaha BDB.

Baca juga:  Lokasabha VIII PHDI Bali Dikawal Ketat

Kesuksesan I Gusti Made Oka tidak lepas dari kreativitasnya dalam meluncurkan produk-produk inovatif perbankan. Salah satu kepeloporan Oka adalah saat mengoperasikan mesin ATM pada tahun 1982. Padahal, mesin ATM baru menjadi tren di Indonesia pada 1990-an. Kepeloporan Oka lainnya adalah mengoperasikan mobil untuk layanan perbankan.

Oka juga menjadi pelopor tabungan berhadiah. Untuk menarik minat orang menabung, setiap bulan di BDB ditarik undian berupa sepeda, radio, dan hadiah hiburan lainnya.

Pria kelahiran Gianyar, 12 Februari 1932, ini memiliki 10 anak, puluhan cucu, dan cicit. Sampai saat ini, istrinya, Ni Nyoman Sri Adnyani, yang hanya berbeda usia 2 tahun dari almarhum masih sehat dan aktif beraktivitas. (Winatha/balipost)

BAGIKAN