Tangkapan layar peta zona risiko penyebaran COVID-19 di Indonesia. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali yang menjalani pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 3 hingga Senin (20/9), menunjukkan perbaikan kondisi penyebaran COVID-19. Pada evaluasi zona risiko penyebaran COVID-19 per 12 September yang dirilis Kamis (16/9) di websites Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, terjadi perbaikan dibandingkan sepekan sebelumnya.

Dari data, zona Bali kini ada dua, yaitu Orange dan Kuning. Meski pun, masih ada 6 zona orange, tapi terdapat 3 kabupaten yang geser ke kuning. Sepekan sebelumnya, sembilan kabupaten/kota di Bali merupakan zona orange.

Untuk evaluasi terbaru, zona kuning terdiri dari Jembrana, Karangasem, dan Buleleng. Sedangkan zona orange atau risiko sedang adalah Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, Bangli, dan Klungkung.

Seiring makin baiknya zona risiko Bali,
zona risiko nasional juga makin baik. Zona merah kembali mengalami mengalami pengurangan signifikan, dari 5 kabupaten/kota (0,97 persen) menjadi 1 kabupaten/kota (0,19 persen).

Baca juga:  Presiden Tandatangani Pemecatan Ferdy Sambo

Sementara itu, zona risiko sedang (orange) mengalami penurunan. Dari 181 kabupaten/kota (35,21 persen) menjadi 89 kabupaten/kota (17,32 persen).

Kenaikan signifikan terjadi pada zona risiko rendah atau kuning. Dari 327 kabupaten/kota (63,62 persen) menjadi 423 kabupaten/kota (82,30 persen). Zona hijau atau tak ada kasus masih tetap 1 kabupaten/kota (0,19 persen) dan zona hijau tak terdampak tetap tidak ada (0 persen).

Tetap Waspada

Gubernur Bali Wayan Koster, dalam keterangan persnya, Rabu (15/9), mengajak masyarakat Bali agar tidak menyikapi hal tersebut dengan euforia yang berlebihan, tetapi harus tetap waspada. Apalagi, tingkat kematian masih tinggi di atas 10 orang per hari.

Baca juga:  Karena Alasan Ini, Belasan Pedagang Pasar Abiantimbul Tolak Dites Swab

Selain itu, perkembangan COVID-19 ini masih sangat berbahaya dengan adanya varian baru MU yang telah ditemukan di beberapa negara. Gubernur Koster juga mengingatkan bahwa meskipun warga sudah mengikuti vaksinasi tidak sepenuhnya menjamin terbebas dari penularan COVID-19.

Sebab, data menunjukkan warga yang sudah mengikuti vaksinasi, sebanyak 40% masih mengalami penularan COVID-19 dan 92% yang meninggal belum divaksinasi.

Namun dengan telah divaksinasi, warga yang tertutar COVID-19 risikonya lebih rendah, yaitu lebih cepat sembuh, terhindar dari gejala berat yang berisiko kematian. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa warga yang terkena COVID-19 tanpa gejala/gejala ringan yang mengikuti isolasi terpusat lebih cepat sembuh dan tidak menularkan kepada anggota keluarga yang lain, daripada mengikuti isolasi mandiri.

Baca juga:  Warga di Bali Terjangkit COVID-19 Bertambah di Atas 1.100 Orang, Puluhan Kematian Juga Dilaporkan

Dari data Satgas Penanganan COVID-19 Bali, per 15 September 2021, jumlah kasus aktif Bali mencapai 3.003 orang. Pasien ini berada di RS Rujukan sebanyak 820 orang (27,31 persen), Isolasi Terpusat 1.343 orang (44,72 persen), dan Isolasi Mandiri 840 orang (27,97 persen).

Untuk rincian Isoter, dari kapasitas 5.857 bed, terisi 1.343 bed (22,93 persen). Artinya masih tersisa 4.514 bed (77,07 persen). Terdapat 365 tempat Isolasi Terpusat tersebar di seluruh Bali.

Untuk vaksinasi, per 15 September, vaksin dosis 1 di Bali sudah mencapai 3.258.207 orang (95,69) persen dari target 3.405.130 orang. Sedangkan warga yang sudah tervaksinasi hingga dosis 2 mencapai 2.292.903 orang (67,34 persen). (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *