Malam puncak Sastra Saraswati Sewana digelar "hybrid" pada Sabtu (28/8). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Malam Puncak Sastra Saraswati Sewana dilaksanakan secara hybrid, tepat pada Hari Suci Saraswati, Sabtu (28/8). Dalam acara tersebut diserahkan hadiah kepada 30 penulis dari 6 kategori, serta pertunjukan seni yang bertema “Sih”.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof Dr Muhadjir Effendy, yang hadir secara daring memberikan sambutan dan apresiasi sekaligus menyampaikan selamat kepada para peserta dan pemenang. Mereka tetap kreatif menciptakan karya sastra Bali klasik dan Bali modern di tengah pandemi.

Selain sambutan dari Menko PMK, sambutan juga diberikan oleh Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana. Mengutip Presiden Jokowi, Ari mengatakan bahwa krisis yang terjadi sekarang, ibarat api. Kalau bisa dihindari, tetapi jikapun terjadi ada banyak hal yang bisa dipelajari.

Baca juga:  Umat Hindu Perlu Rumuskan Kembali Strategi Dharma Negara

Api membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Ia berharap, semangat dan prestasi yang lahir dari ajang kreasi ini bisa menjadi bibit yang baik untuk pemajuan aksara, sastra dan bahasa Bali di masa yang akan datang. “Yayasan Puri Kauhan Ubud bertekad melanjutkan kegiatan sejenis, namun dengan kreasi dan inovasi baru, agar tidak monoton, sehingga tetap menarik dan berkontribusi pada pemajuan kebudayaan Bali,” ujarnya.

Baca juga:  Buku dan Film Pendek "Sastra Saraswati Sewana" Diluncurkan di Denpasar

Staf Khusus Presiden, Sukardi Rinakit, menilai ajang ini mengingatkan dan menuntun kita untuk kembali keakar pengetahuan, akar “kaweruh” atau wawasan, akar kesadaran, yang pada akhirnya akan bermuara kesatu titik yaitu rasa kemanusiaan dan kemanusiaan itu sendiri. Puisi, cerpen, satua, kidung, kakawin, geguritan, menurutnya adalah merupakan kesadaran itu sendiri dan buat dari kemanusiaan itu sendiri.

Dan konteks tersebut, Sastra Sarasawati Sewana sebagai Pemarisudha Gering Agung, dapat diibaratkan sebagai pil pahit. “Pil atau obat yang menyehatkan, namun tidak akan hebat dan mujarab kalau tidak ada kesadaran pengetahuan, kesadaran kaweruh dan kesadaran kemanusiaan,” ungkap Sukardi Rinakit yang akrab disapa Cak Kardi, dalam rilis yang diterima.

Baca juga:  Ari Dwipayana : Umat Hindu Harus Bisa Jadi Contoh Toleransi Beragama

Setelah penyerahan dana apresiasi, acara diakhiri pertunjukan “Sih”, sebuah dongeng visual tentang kelahiran seorang manusia yang penuh kasih kepada semesta. Dongeng yang memaknai perjalanan manusia kebumi dengan beribu bapa pengetahuan, aksara dan sastra.

Pertunjukan seni yang sarat makna ini disutradarai sutradara muda berbakat Kamila Andini denga  koreografer Ida Ayu Wayan Arya Setyani. Penampil dari Yayasan Bumi Bajra Shandi, Wayang Sunar, Ayu Laksmi dan Aryani Willems. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *